Pernah dengar istilah "budak korporat"? Mungkin kamu sudah sering mendengarnya, atau bahkan merasa terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang tak ada habisnya. Dunia kerja memang menuntut dedikasi, tapi jangan sampai kamu mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan demi pekerjaan, ya.
Dalam artikel ini, Dealls membahas apa itu "budak korporat", dampak yang ditimbulkan, serta bagaimana cara keluar dari jeratan tersebut. Yuk, kita cari tahu lebih dalam!
Apa Itu Budak Korporat?
Kata “budak” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merujuk pada seseorang yang diperbudak atau yang berada di bawah kekuasaan orang lain.
Budak bisa berarti orang yang bekerja keras dan tidak mendapat kebebasan atau hak yang layak. Biasanya, kata ini memiliki konotasi yang sangat negatif, mengindikasikan ketergantungan yang berat dan kehilangan kebebasan pribadi.
Sementara itu, kata “korporat” berasal dari kata “korporasi”, yang menurut KBBI merujuk pada badan hukum yang beranggotakan banyak orang dan menjalankan aktivitas ekonomi atau bisnis.
Korporat merujuk pada dunia perusahaan atau organisasi yang memiliki tujuan komersial, dan biasanya mencakup perusahaan besar dengan struktur organisasi yang kompleks.
Gabungan dari dua kata ini, “budak” dan “korporat”, membentuk istilah “budak korporat” yang menggambarkan individu yang merasa terjebak dalam rutinitas kerja perusahaan besar yang menuntut pengorbanan waktu, energi, dan kehidupan pribadi demi mencapai target atau tujuan perusahaan.
Budak korporat adalah sebutan untuk seseorang yang terlalu fokus pada pekerjaan dan hampir tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi.
Biasanya, orang ini merasa terikat dengan pekerjaan mereka, seperti harus selalu tersedia untuk pekerjaan, bekerja lembur, atau terus mengejar target yang ditetapkan perusahaan.
Mereka sering mengorbankan waktu untuk keluarga, teman, dan diri sendiri demi memenuhi tuntutan kerja.
Istilah ini sering digunakan dengan nada sindiran untuk menggambarkan seseorang yang bekerja keras hingga merasa terjebak dalam rutinitas kantor yang menuntut.
Budak korporat biasanya merasa “terpaksa” mengikuti ritme kerja yang kadang-kadang bisa sangat menguras tenaga, dengan alasan menjaga karier atau memenuhi ekspektasi atasan.
Baca Juga: Apa Itu Work-Life Balance dan Mengapa Penting?
Ciri-Ciri Budak Korporat
Bekerja di dunia korporat sering kali membawa tantangan besar, salah satunya adalah terjebak dalam rutinitas yang tak pernah ada habisnya. Berikut adalah ciri-ciri budak korporat yang telah dirangkum Dealls.
1. Bekerja Lembur Tanpa Henti
Salah satu ciri paling jelas dari seorang budak korporat adalah sering bekerja lembur, bahkan di luar jam kerja resmi.
Mereka merasa tidak masalah mengorbankan waktu pribadi demi menyelesaikan tugas atau memenuhi target perusahaan.
Baca Juga: Kenali 15 Ciri-Ciri Burnout, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
2. Tidak Ada Batasan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Budak korporat sering membawa pekerjaan ke rumah, seperti menjawab email atau menyelesaikan tugas saat akhir pekan.
Pekerjaan seolah-olah menjadi prioritas utama dan menyita banyak waktu.
3. Kehilangan Waktu untuk Keluarga dan Teman
Mereka cenderung mengabaikan kegiatan sosial dan waktu bersama keluarga.
Rencana pertemuan dengan teman atau acara keluarga sering dibatalkan karena harus bekerja.
4. Merasa Cemas Jika Tidak Bekerja
Saat tidak bekerja atau mengambil cuti, mereka sering merasa cemas atau khawatir bahwa pekerjaan akan tertunda atau atasan akan kecewa.
Ini menunjukkan ketergantungan pada pekerjaan.
5. Mengejar Pujian dan Penghargaan
Budak korporat sering merasa perlu untuk mendapat pengakuan dan pujian dari atasan atau rekan kerja atas kerja keras mereka.
Mereka mungkin merasa tidak cukup dihargai dan terus berusaha untuk menunjukkan dedikasi.
6. Tidak Pernah Mengambil Cuti
Mereka sering mengabaikan hak cuti yang seharusnya mereka ambil.
Mengambil waktu istirahat atau libur panjang dianggap sebagai hal yang tidak penting atau malah sebagai beban tambahan.
7. Merasa Terjebak dalam Rutinitas
Terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang monoton dan merasa sulit untuk keluar dari siklus tersebut.
Mereka merasa tidak punya pilihan selain terus bekerja keras.
Baca Juga: Alami Burnout? Ini 10 Cara Mengatasinya!
8. Mengabaikan Kesehatan Mental dan Fisik
Budak korporat cenderung mengabaikan kesejahteraan mereka sendiri, baik secara fisik maupun mental.
Stres, kelelahan, dan masalah kesehatan sering kali dianggap sebagai hal yang harus diterima demi pekerjaan.
Dampak Menjadi Budak Korporat
Menjadi “budak korporat” dapat memiliki berbagai dampak negatif bagi kehidupan pribadi, kesehatan mental, dan hubungan sosial seseorang. Berikut adalah beberapa dampak utama yang bisa terjadi:
1. Kehilangan Keseimbangan Kehidupan dan Pekerjaan (Work-Life Balance)
Seseorang yang terjebak dalam rutinitas kerja yang intens cenderung mengorbankan waktu untuk keluarga, teman, dan kegiatan pribadi.
Waktu yang semestinya bisa digunakan untuk relaksasi atau mengembangkan hobi, malah dihabiskan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan.
Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, yang pada akhirnya dapat merusak kualitas hidup secara keseluruhan.
2. Stres dan Kesehatan Mental yang Buruk
Tekanan untuk memenuhi target perusahaan, bekerja lembur, dan selalu ada untuk pekerjaan dapat menyebabkan stres berlebihan.
Kondisi ini sering berujung pada burnout (keletihan mental) yang serius.
Stres kronis yang tak tertangani bisa berisiko mengarah pada gangguan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
3. Kesehatan Fisik yang Terabaikan
Bekerja terus-menerus, terutama dalam lingkungan korporasi yang sangat kompetitif, sering kali mengabaikan kesehatan fisik.
Tidak jarang, jam kerja yang panjang dan kebiasaan buruk seperti makan cepat atau kurang tidur menjadi norma.
Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya.
4. Kurangnya Waktu untuk Keluarga dan Teman
Ketika seseorang terlalu fokus pada pekerjaan, mereka bisa kehilangan hubungan dengan orang-orang terdekatnya.
Waktu yang semestinya digunakan untuk bersama keluarga atau teman sering tergantikan oleh pekerjaan, yang dapat menyebabkan rasa kesepian atau terasing dari lingkungan sosial.
5. Penurunan Produktivitas
Meskipun bekerja terus-menerus dapat tampak seperti cara untuk meningkatkan hasil, dalam kenyataannya, bekerja tanpa henti sering kali menyebabkan penurunan produktivitas.
Stres yang tinggi, kelelahan, dan kurangnya waktu untuk istirahat dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk bekerja secara efektif, bahkan jika mereka berada di meja kerja sepanjang waktu.
6. Kurangnya Kepuasan dan Kebahagiaan
Ketika seseorang merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan tidak memuaskan, mereka cenderung merasa kurang bahagia.
Menjadi “budak korporat” sering kali berarti bekerja tanpa tujuan pribadi atau kepuasan emosional.
Hal ini bisa membuat seseorang merasa kehilangan makna hidup, meskipun mereka mungkin memiliki kesuksesan finansial.
7. Pengorbanan pada Pertumbuhan Pribadi
Terlalu fokus pada pekerjaan bisa menghalangi seseorang untuk mengembangkan diri di luar kariernya.
Tanpa waktu untuk belajar hal baru, mengeksplorasi minat pribadi, atau berinteraksi dengan berbagai orang, seseorang mungkin merasa stagnan dalam aspek pribadi dan spiritual kehidupannya.
Penyebab Seseorang Menjadi Budak Korporat
Ada berbagai faktor yang dapat membuat seseorang terjebak dalam pola kerja yang berlebihan dan merasa seperti "budak korporat." Beberapa penyebab utama yang sering terjadi antara lain:
1. Tekanan untuk Berprestasi
Salah satu faktor utama adalah tekanan untuk selalu berprestasi di tempat kerja.
Dalam banyak perusahaan, ada standar tinggi yang mengharuskan karyawan untuk terus-menerus meningkatkan kinerja mereka.
Hal ini membuat karyawan merasa harus bekerja lebih keras dan lebih lama agar dapat memenuhi ekspektasi atasan atau mencapai target yang ditetapkan.
2. Ambisi Pribadi dan Karier
Ambisi untuk mencapai kesuksesan karier yang lebih tinggi bisa menjadi pemicu seseorang untuk bekerja tanpa henti.
Keinginan untuk promosi, pengakuan, dan gaji yang lebih tinggi sering kali mendorong seseorang untuk terus bekerja di luar jam kerja yang seharusnya.
Mereka mungkin merasa bahwa berkorban dalam hal waktu dan energi adalah harga yang harus dibayar untuk mencapai tujuan karir.
3. Kebutuhan Finansial
Beberapa orang menjadi “budak korporat” karena kebutuhan finansial.
Tuntutan hidup sehari-hari, seperti biaya hidup, pendidikan anak, atau utang yang menumpuk, memaksa seseorang untuk bekerja lebih keras agar mendapatkan penghasilan yang cukup.
Dalam situasi seperti ini, seseorang mungkin merasa tidak ada pilihan selain bekerja keras tanpa henti.
4. Lingkungan Kerja yang Kompetitif
Banyak perusahaan mengedepankan budaya kompetitif yang intens, di mana karyawan merasa tertekan untuk selalu membuktikan diri mereka lebih baik dari yang lain.
Dalam lingkungan seperti ini, banyak karyawan yang bekerja lembur dan mengorbankan waktu pribadi mereka agar tetap terlihat unggul, bahkan jika mereka merasa kelelahan.
5. Kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Di beberapa perusahaan, terutama di tempat kerja dengan kekurangan tenaga kerja, karyawan sering kali harus mengambil lebih banyak tanggung jawab daripada yang seharusnya.
Beban kerja yang berat dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan bisa membuat seseorang merasa terjebak dalam pekerjaan, dengan sedikit waktu untuk kehidupan pribadi.
6. Kurangnya Batasan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Kemajuan teknologi dan fleksibilitas kerja membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi semakin kabur.
Email, panggilan telepon, atau pesan yang terus-menerus masuk di luar jam kerja bisa membuat karyawan merasa terpaksa bekerja tanpa henti, meskipun waktu libur seharusnya menjadi waktu untuk istirahat.
Baca Juga: Apa Itu Remote Work? Cara Baru Bekerja di Era Digital
7. Ketergantungan pada Status Sosial dan Pengakuan
Beberapa orang merasa bahwa pekerjaan mereka adalah bagian besar dari identitas diri mereka.
Keinginan untuk mendapatkan status sosial atau pengakuan atas prestasi di tempat kerja bisa menjadi pendorong kuat untuk terus bekerja meskipun itu merugikan keseimbangan hidup.
Ini sering kali terjadi pada orang yang merasa bangga dengan pekerjaan mereka dan menganggapnya sebagai bagian dari prestasi pribadi.
8. Atasan Toksik
Pemimpin atau atasan yang tidak memberi perhatian pada kesejahteraan karyawan juga bisa menjadi penyebab seseorang terjebak dalam pola kerja yang tidak sehat.
Jika atasan selalu menuntut hasil maksimal tanpa memberi dukungan atau mengakui pentingnya keseimbangan hidup, karyawan mungkin merasa tertekan untuk terus bekerja keras meskipun itu menguras tenaga.
Baca Juga: 14 Tipe-Tipe Kepemimpinan untuk Meningkatkan Kinerja Tim
9. Budaya Kerja yang Mewajarkan Lembur sebagai Dedikasi
Dalam beberapa perusahaan, ada budaya kerja yang menganggap lembur atau kerja keras di luar jam kantor sebagai tanda dedikasi dan loyalitas terhadap perusahaan.
Karyawan yang ingin dianggap serius atau dihargai oleh atasan mungkin merasa harus bekerja lembur atau menghabiskan banyak waktu di kantor untuk memenuhi ekspektasi tersebut.
10. Takut Kehilangan Pekerjaan
Ketakutan akan kehilangan pekerjaan atau ketidakpastian ekonomi dapat mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras.
Mereka mungkin merasa bahwa jika mereka tidak memenuhi ekspektasi atau bekerja lebih lama dari yang lain, posisi mereka bisa tergantikan, apalagi dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Baca Juga: 17 Contoh Surat Resign yang Sopan dan Profesional
Cara Keluar dari Jeratan Budak Korporat
Keluar dari jeratan “budak korporat” bukanlah hal yang mudah, terutama jika seseorang sudah terjebak dalam rutinitas kerja yang menguras energi. Namun, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengembalikan keseimbangan hidup dan mengurangi beban pekerjaan yang berlebihan:
1. Menetapkan Batasan yang Jelas
Salah satu langkah pertama untuk keluar dari jeratan budak korporat adalah dengan menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Tentukan jam kerja yang spesifik dan pastikan untuk tidak membawa pekerjaan ke rumah.
Jika perlu, komunikasikan batasan ini dengan atasan atau rekan kerja agar mereka memahami waktu yang seharusnya diperuntukkan untuk istirahat dan kehidupan pribadi.
2. Pahami Prioritas
Cobalah untuk fokus pada tugas yang paling penting dan berdampak besar, serta hindari terjebak dalam pekerjaan yang kurang mendesak.
Belajar untuk mengatakan “tidak” pada pekerjaan tambahan atau proyek yang tidak relevan dengan tujuan utama kamu.
Dengan menetapkan prioritas, kamu bisa menghindari beban pekerjaan yang berlebihan.
3. Berani Delegasikan Tugas
Jika kamu merasa kewalahan dengan pekerjaan, cobalah untuk mendelegasikan beberapa tugas kepada rekan kerja atau anggota tim.
Terkadang, merasa bertanggung jawab atas segalanya dapat membuat kamu merasa terjebak.
Dengan mendelegasikan tugas, kamu bisa meringankan beban dan memberi kesempatan pada orang lain untuk berkontribusi.
4. Atur Waktu untuk Diri Sendiri
Penting untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Cobalah untuk merencanakan kegiatan yang menyenangkan, seperti berolahraga, berkumpul dengan keluarga atau teman, atau menjalani hobi yang kamu nikmati.
Ini akan membantumu menjaga keseimbangan mental dan fisik, serta memberikan energi baru yang dapat meningkatkan produktivitas di tempat kerja.
5. Cari Dukungan dari Rekan Kerja atau Mentor
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari rekan kerja atau mentor yang dapat memberikan perspektif berbeda.
Berbicara dengan seseorang yang telah lebih dulu melewati situasi serupa bisa memberi kamu wawasan tentang cara mereka mengelola beban kerja dan menemukan keseimbangan hidup.
6. Kelola Stres dengan Baik
Stres adalah salah satu faktor utama yang membuat seseorang merasa terjebak dalam pekerjaan.
Cari cara untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan.
Menjaga kesehatan mental akan membantumu merasa lebih tenang dan mampu menghadapi tekanan di tempat kerja dengan lebih baik.
7. Evaluasi Tujuan Karier
Cobalah untuk mengevaluasi kembali tujuan karir kamu.
Apakah pekerjaan ini masih sesuai dengan tujuan hidup kamu?
Jika kamu merasa pekerjaanmu sudah tidak sesuai dengan passion atau tujuan pribadi, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan perubahan karier atau mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minat dan tujuan hidup kamu.
8. Pertimbangkan Work-Life Integration
Alih-alih memaksakan pemisahan total antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, cobalah untuk mencari cara agar keduanya bisa berjalan beriringan dengan baik.
Misalnya, bekerja secara remote atau fleksibel, sehingga kamu bisa mengatur waktu lebih efektif dan memiliki ruang untuk hal-hal lain dalam hidup.
9. Bersikap Realistis dengan Diri Sendiri
Terkadang, kita merasa terjebak dalam rutinitas pekerjaan karena ingin memenuhi ekspektasi orang lain atau meraih pencapaian yang tidak realistis.
Cobalah untuk lebih realistis dengan diri sendiri dan terima bahwa kamu tidak perlu sempurna dalam segala hal.
Fokus pada kemajuan, bukan kesempurnaan.
10. Jangan Takut untuk Mencari Pekerjaan Baru
Jika kamu merasa terjebak dan tidak ada perubahan positif di tempat kerja, jangan takut untuk mencari pekerjaan baru.
Mengubah lingkungan kerja bisa menjadi langkah besar untuk mendapatkan kembali kontrol atas hidupmu.
Tentukan apa yang kamu inginkan dalam pekerjaan baru, seperti budaya perusahaan yang lebih sehat atau keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Baca Juga: Apa itu Resign? Pengertian, Alasan, dan Cara Mengajukannya
Sekian pembahasan dari Dealls mengenai apa itu “budak korporat” dan cara untuk keluar dari jerat tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa membantu kamu untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Jika kamu merasa sudah saatnya untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan tujuan hidupmu, kamu bisa mulai mencari peluang karier di perusahaan swasta terkemuka. Melalui Dealls, kamu bisa melamar ke lowongan kerja terbaru setiap hari.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan mentoring dengan career mentor profesional untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai rencana karir dan pendidikan.
Jangan lupa, ada AI CV Reviewer, CV ATS Checker untuk membantu memastikan CV kamu sudah siap untuk melamar pekerjaan yang kamu inginkan.
Yuk, raih karier impianmu dengan Dealls!
Sumber:
Budak Korporasi dan Hak untuk Tidak Terhubung
A Study of The Metaphor of The Internet Buzzword “corporate slave” in The Context of Semantics