Kepemimpinan adalah salah satu faktor kunci yang dapat menentukan keberhasilan suatu organisasi. Dalam dunia kerja yang terus berkembang, memahami berbagai tipe kepemimpinan sangatlah penting, baik untuk para pemimpin maupun anggota tim. Setiap gaya kepemimpinan memiliki karakteristik unik dan dapat memengaruhi dinamika tim, motivasi, serta produktivitas.
Melalui artikel ini, Dealls membahas berbagai tipe kepemimpinan yang bisa diterapkan di lingkungan kerja. Dari kepemimpinan otokratis hingga gaya kepemimpinan afiliasi, masing-masing memiliki kelebihan dan tantangannya sendiri.
Dengan memahami berbagai tipe ini, kamu bisa mengembangkan gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan karakter dan tujuan timmu. Yuk, simak!
Apa Itu Gaya Kepemimpinan?
Menurut Corporate Finance Institute, gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bertindak untuk memengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan timnya. Gaya ini menentukan bagaimana pemimpin menjalankan rencana dan strategi untuk mencapai tujuan sambil tetap memperhatikan kesejahteraan tim.
Inti dari kepemimpinan yang efektif adalah seberapa besar kepercayaan yang dibangun antara pemimpin dan anggota timnya. Jika anggota tim mempercayai pemimpinnya, mereka cenderung lebih patuh dan produktif, serta merasa bebas menyampaikan ide.
Senada dengan hal tersebut, menurut Indeed, gaya kepemimpinan adalah pendekatan unik yang digunakan pemimpin untuk memandu, memotivasi, dan mengelola tim.
Gaya ini mencerminkan perilaku, strategi, dan cara pengambilan keputusan pemimpin, yang biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai, kepribadian, dan pengalaman mereka.
Gaya kepemimpinan dapat bervariasi, dari yang tegas hingga yang demokratis, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung situasinya.
Mengapa Gaya Kepemimpinan Penting?
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin biasanya dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman hidup, kecerdasan emosional, dan cara berpikir mereka. Itulah kenapa penting bagi seorang pemimpin untuk memahami gaya kepemimpinannya dan menyesuaikan agar bisa bekerja lebih efektif.
Menurut Corporate Finance Institute, kepemimpinan yang baik bukan hanya soal kemampuan mengambil keputusan, tapi juga mengetahui kapan harus tegas dan kapan perlu berdiskusi dengan tim. Pemimpin yang paham gaya kepemimpinannya bisa lebih mudah mengendalikan situasi dan memimpin dengan lebih percaya diri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Daniel Coleman dalam Harvard Business Review, gaya kepemimpinan memengaruhi sekitar 30% profitabilitas perusahaan. Jadi, semakin baik seorang pemimpin memahami dan menerapkan gaya kepemimpinannya, semakin besar dampak positif yang bisa dihasilkan.
Beberapa manfaat dari memahami dan fleksibel dengan gaya kepemimpinan adalah:
- Komunikasi dan kerja sama dalam tim jadi lebih baik
- Keterlibatan karyawan meningkat
- Efektivitas tim lebih kuat
- Kepemimpinan yang efektif diakui dalam organisasi
Baca Juga: 35 Contoh Pertanyaan tentang Kepemimpinan dan Jawabannya
14 Tipe-Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat bervariasi, dari yang tegas hingga yang demokratis, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung situasinya. Berikut adalah beberapa tipe-tipe kepemimpinan.
1. Kepemimpinan Otokratis (Autocratic Leadership)
Kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan kala pemimpin memiliki kendali penuh atas pengambilan keputusan tanpa melibatkan masukan dari tim.
Dalam model ini, pemimpin biasanya menetapkan aturan, prosedur, dan arahan yang harus diikuti, serta mengharapkan ketaatan dari bawahan tanpa banyak pertanyaan atau diskusi.
Gaya kepemimpinan ini sering digunakan dalam situasi di mana keputusan harus diambil dengan cepat, atau ketika ada kebutuhan untuk kontrol ketat, seperti di militer atau di industri dengan standar keamanan yang tinggi.
Meskipun gaya ini bisa efektif dalam situasi tertentu, kepemimpinan otokratis juga memiliki kelemahan. Bawahan mungkin merasa kurang dihargai atau tidak termotivasi karena tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan kurangnya inovasi dan loyalitas dari tim.
2. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin dengan gaya ini mendorong diskusi terbuka, menerima masukan, dan mempertimbangkan ide-ide dari anggota tim sebelum membuat keputusan akhir. Meskipun pemimpin masih memegang kendali, pendekatan ini menekankan kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh tim.
Kepemimpinan demokratis biasanya diterapkan di lingkungan kerja yang membutuhkan kreativitas dan inovasi. Dengan melibatkan anggota tim, pemimpin bisa mendapatkan berbagai perspektif yang mungkin membantu dalam menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan yang lebih efektif.
Gaya ini juga cenderung meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja, karena anggota tim merasa pendapat mereka dihargai dan diperhitungkan.
Namun, ada kekurangan dalam kepemimpinan demokratis, terutama dalam situasi di mana keputusan harus diambil dengan cepat. Proses konsultasi yang melibatkan banyak pihak bisa memperlambat pengambilan keputusan, dan terkadang tidak semua ide bisa diterapkan.
3. Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)
Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada perubahan positif dalam anggota tim dan organisasi secara keseluruhan.
Pemimpin transformasional menginspirasi dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan bersama dengan menciptakan visi yang menarik dan jelas.
Ciri utama dari kepemimpinan transformasional meliputi kemampuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim, memberi dukungan dan bimbingan, serta mendorong inovasi dan kreativitas. Pemimpin ini berusaha untuk memberdayakan anggota tim agar merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan tim dan organisasi.
Gaya kepemimpinan ini sangat efektif dalam situasi yang memerlukan perubahan, baik dalam strategi, budaya, maupun cara kerja. Dengan menciptakan lingkungan yang positif dan memberdayakan, pemimpin transformasional dapat meningkatkan motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja anggota tim.
Namun, kepemimpinan transformasional juga memiliki tantangan. Pemimpin harus selalu beradaptasi dengan perubahan dan kebutuhan anggota tim, serta memastikan bahwa visi dan tujuan tetap sejalan dengan visi organisasi.
4. Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership)
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin menetapkan tujuan yang jelas dan memberikan imbalan atau hukuman berdasarkan kinerja anggota tim.
Pemimpin transaksional menggunakan pendekatan yang lebih struktural, di mana hubungan antara pemimpin dan pengikut didasarkan pada kepatuhan dan pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan transaksional meliputi:
- Fokus pada Tugas: Pemimpin transaksional lebih memperhatikan pencapaian hasil jangka pendek dan pencapaian tujuan yang spesifik.
- Imbalan dan Hukuman: Pemimpin memberikan imbalan kepada anggota tim yang mencapai tujuan dan memberikan hukuman kepada mereka yang tidak memenuhi harapan.
- Pengawasan Ketat: Pemimpin sering kali melakukan pengawasan ketat terhadap kinerja anggota tim untuk memastikan bahwa semua orang mengikuti pedoman dan mencapai hasil yang diinginkan.
Gaya kepemimpinan ini sangat efektif dalam situasi yang membutuhkan kepatuhan yang tinggi dan di lingkungan kerja yang lebih terstruktur. Misalnya, di sektor industri atau organisasi yang berfokus pada operasi sehari-hari, pemimpin transaksional dapat menjaga efisiensi dan produktivitas tim.
Namun, kepemimpinan transaksional juga memiliki keterbatasan. Gaya ini cenderung kurang mendorong kreativitas dan inovasi, karena anggota tim mungkin merasa terikat oleh aturan dan prosedur yang ketat.
5. Kepemimpinan Laissez-Faire (Laissez-Faire Leadership)
Kepemimpinan laissez-faire adalah gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan penuh kepada anggota tim dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas.
Dalam pendekatan ini, pemimpin bertindak sebagai fasilitator yang mendukung, tetapi tidak terlibat secara aktif dalam proses kerja sehari-hari.
Pemimpin laissez-faire memberikan kepercayaan kepada anggota tim untuk bekerja secara mandiri dan mengatur pekerjaan mereka sendiri.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan laissez-faire meliputi:
- Kebebasan Tinggi: Anggota tim memiliki keleluasaan dalam memilih cara mereka menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan.
- Dukungan Minimal: Pemimpin tidak terlibat secara langsung dalam proses kerja dan hanya memberikan dukungan atau bimbingan saat diperlukan.
- Tanggung Jawab Anggota Tim: Anggota tim diharapkan untuk bertanggung jawab atas hasil pekerjaan mereka sendiri, dan mereka memiliki otonomi untuk membuat keputusan.
Gaya kepemimpinan ini dapat sangat efektif di lingkungan yang memerlukan inovasi dan kreativitas tinggi, di mana anggota tim memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai.
Namun, kepemimpinan laissez-faire juga memiliki kelemahan. Tanpa bimbingan yang jelas, beberapa anggota tim mungkin merasa bingung tentang arah atau prioritas kerja mereka. Gaya ini juga bisa menyebabkan kurangnya kolaborasi, terutama jika tidak ada mekanisme komunikasi yang efektif antara anggota tim.
Baca Juga: Apa Itu Leaderless Group Discussion (LGD)? Ini Bedanya dengan FGD
6. Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership)
Kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin menggunakan daya tarik pribadi dan karisma untuk memotivasi dan menginspirasi pengikutnya.
Pemimpin karismatik memiliki kemampuan untuk membangun hubungan emosional yang kuat dengan tim, sehingga menciptakan rasa loyalitas dan semangat yang tinggi di antara anggotanya.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan karismatik meliputi:
- Kemampuan Berkomunikasi yang Baik: Pemimpin karismatik memiliki keterampilan komunikasi yang luar biasa, mampu menyampaikan visi dan misi dengan jelas dan menarik, sehingga membuat orang lain merasa terlibat.
- Visi yang Kuat: Pemimpin ini sering kali memiliki visi yang jelas dan ambisius tentang masa depan, yang mampu memotivasi orang lain untuk bekerja menuju tujuan tersebut.
- Daya Tarik Pribadi: Karisma yang dimiliki pemimpin membuat orang lain merasa terinspirasi dan termotivasi untuk mengikuti mereka. Mereka mampu membangun hubungan yang kuat dengan tim.
- Ketulusan dan Kepercayaan Diri: Pemimpin karismatik biasanya menunjukkan ketulusan dan percaya diri yang dapat menular kepada pengikutnya. Mereka sering kali menjadi panutan dan contoh bagi tim.
Gaya kepemimpinan ini sering terlihat dalam situasi di mana perubahan besar diperlukan atau saat tim menghadapi tantangan. Pemimpin karismatik dapat memotivasi anggota tim untuk menghadapi rintangan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Namun, kepemimpinan karismatik juga memiliki beberapa kelemahan. Terlalu mengandalkan karisma pribadi dapat menyebabkan ketergantungan pada pemimpin, dan jika pemimpin tersebut pergi atau tidak tersedia, tim mungkin merasa kehilangan arah. Selain itu, tidak semua tindakan pemimpin karismatik selalu rasional, sehingga bisa menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang baik.
7. Kepemimpinan Visioner (Visionary Leadership)
Kepemimpinan visioner adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pentingnya visi jangka panjang dan kemampuan untuk memimpin orang lain menuju pencapaian tujuan yang ambisius.
Pemimpin visioner tidak hanya fokus pada hasil saat ini, tetapi juga memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan bagaimana cara mencapainya.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan visioner meliputi:
- Pemikiran Jangka Panjang: Pemimpin visioner memiliki kemampuan untuk melihat gambaran besar dan merumuskan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang.
- Inspirasi dan Motivasi: Pemimpin ini mampu menginspirasi tim dengan membagikan visi yang jelas dan menarik.
- Kemampuan Beradaptasi: Kepemimpinan visioner juga melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
- Keterlibatan Tim: Pemimpin visioner mengajak anggota tim untuk berkontribusi dalam merumuskan dan mencapai visi.
- Keberanian Mengambil Risiko: Dalam mencapai visi yang ambisius, pemimpin visioner tidak takut untuk mengambil risiko.
8. Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership)
Kepemimpinan pelayan adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada pelayanan kepada orang lain, terutama kepada anggota tim dan masyarakat.
Pemimpin pelayan berkomitmen untuk mendukung dan memberdayakan tim mereka, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan individu.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan pelayan meliputi:
- Fokus pada Kebutuhan Tim: Pemimpin pelayan selalu berusaha memahami dan memenuhi kebutuhan tim mereka.
- Empati dan Kepedulian: Pemimpin ini memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta perspektif orang lain.
- Pemberdayaan Anggota Tim: Pemimpin pelayan berusaha memberdayakan anggota tim dengan memberikan otonomi dalam pengambilan keputusan.
- Pengembangan Karakter: Pemimpin pelayan berfokus pada pengembangan karakter anggota tim, bukan hanya pada kinerja.
- Kepemimpinan yang Rendah Hati: Pemimpin pelayan tidak mencari pengakuan atau kekuasaan. Mereka lebih memilih untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan menciptakan budaya kerja yang inklusif.
Baca Juga: Apa Itu Focus Group Discussion (FGD)? Ini Tujuan dan Tips Sukses
9. Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership)
Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang menyesuaikan pendekatan pemimpin berdasarkan situasi dan kebutuhan tim.
Pemimpin yang menerapkan gaya ini memahami bahwa tidak ada satu cara yang tepat untuk memimpin; sebaliknya, mereka harus fleksibel dan mampu mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan konteks yang ada.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan situasional meliputi:
- Adaptabilitas: Pemimpin situasional dapat beradaptasi dengan berbagai keadaan dan tantangan yang muncul.
- Pemahaman Kebutuhan Tim: Pemimpin ini memiliki kemampuan untuk mengevaluasi tingkat kesiapan dan kompetensi anggota tim.
- Keterampilan Komunikasi yang Baik: Pemimpin situasional memiliki keterampilan komunikasi yang kuat, memungkinkan mereka untuk memberikan instruksi yang jelas, mendengarkan umpan balik, dan mendorong diskusi terbuka.
- Fokus pada Pengembangan Anggota Tim: Gaya kepemimpinan ini menekankan pengembangan keterampilan dan kemampuan anggota tim.
- Keputusan Berbasis Situasi: Pemimpin situasional membuat keputusan berdasarkan analisis situasi yang ada, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti urgensi, tingkat keterampilan tim, dan kompleksitas tugas.
10. Kepemimpinan Birokratis (Bureaucratic Leadership)
Kepemimpinan birokratis adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan aturan, prosedur, dan struktur organisasi yang kaku.
Pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung fokus pada pengaturan yang telah ditentukan dan memastikan bahwa semua anggota tim mematuhi pedoman yang ada.
Gaya ini sering ditemukan di organisasi pemerintah, lembaga publik, dan perusahaan besar dengan hierarki yang jelas.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan birokratis meliputi:
- Penegakan Aturan dan Prosedur: Pemimpin birokratis sangat memperhatikan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
- Struktur Hierarkis yang Kuat: Gaya ini biasanya diterapkan dalam organisasi dengan struktur hierarkis yang jelas.
- Keputusan Berdasarkan Data: Pemimpin birokratis cenderung membuat keputusan berdasarkan informasi yang terukur dan data yang ada, bukan berdasarkan intuisi atau pendapat pribadi.
- Fokus pada Efisiensi dan Konsistensi: Gaya kepemimpinan ini menekankan efisiensi dan konsistensi dalam pelaksanaan tugas.
- Keterbatasan Kreativitas: Salah satu kelemahan dari kepemimpinan birokratis adalah keterbatasan dalam inovasi dan kreativitas.
11. Kepemimpinan Gaya Pelatih (Coach-style Leadership)
Kepemimpinan gaya pelatih adalah pendekatan di mana seorang pemimpin berfungsi sebagai mentor dan pemandu bagi anggota tim, mirip dengan cara seorang pelatih membimbing atlet.
Gaya kepemimpinan ini fokus pada pengembangan individu, peningkatan keterampilan, dan membangun hubungan yang kuat dalam tim.
Pemimpin yang menerapkan gaya ini sering kali berusaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana setiap orang merasa dihargai dan termotivasi untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan gaya pelatih meliputi:
- Pendekatan Berbasis Kolaborasi: Pemimpin gaya pelatih mendorong kolaborasi di antara anggota tim.
- Pengembangan Individu: Fokus utama dari kepemimpinan gaya pelatih adalah pengembangan keterampilan individu.
- Mendengarkan dan Memahami: Pemimpin gaya pelatih adalah pendengar yang baik. Mereka berusaha untuk memahami kebutuhan dan aspirasi anggota tim, serta menyediakan dukungan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Motivasi dan Inspirasi: Pemimpin ini berusaha untuk memotivasi anggota tim dengan menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
- Fleksibilitas dalam Pendekatan: Pemimpin gaya pelatih dapat menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan kebutuhan individu anggota tim.
12. Strategic Leadership
Kepemimpinan strategis adalah pendekatan yang menekankan pentingnya visi jangka panjang, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang berfokus pada keberhasilan organisasi di masa depan.
Pemimpin strategis tidak hanya memperhatikan operasional sehari-hari, tetapi juga merancang arah dan tujuan organisasi dalam konteks yang lebih luas, termasuk pasar, kompetisi, dan tren industri.
Ciri-ciri utama dari kepemimpinan strategis meliputi:
- Visi Jelas: Pemimpin strategis memiliki visi yang jelas tentang masa depan organisasi dan dapat mengkomunikasikan visi tersebut kepada seluruh anggota tim.
- Perencanaan dan Analisis: Pemimpin ini secara aktif terlibat dalam perencanaan strategis dan analisis situasi.
- Pengambilan Keputusan Berdasarkan Data (Data-Driven): Dalam pengambilan keputusan, pemimpin strategis mengandalkan data dan bukti yang relevan.
- Kemampuan Beradaptasi: Pemimpin strategis memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam lingkungan bisnis.
- Pengembangan Tim dan Talenta: Mereka berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan anggota tim untuk membangun keterampilan yang diperlukan.
13. Pacesetting Leadership
Kepemimpinan pacesetting adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menetapkan standar tinggi bagi diri mereka sendiri dan tim mereka.
Pemimpin yang menggunakan gaya ini cenderung menjadi sangat ambisius dan fokus pada hasil, mendorong anggota tim untuk mencapai performa terbaik mereka.
Mereka menuntut dedikasi dan komitmen dari tim dan sering kali terlibat secara langsung dalam pekerjaan untuk menunjukkan kepada anggota tim bagaimana tugas harus diselesaikan.
Pemimpin pacesetting biasanya menginginkan tim mereka untuk beroperasi dengan efisiensi maksimal, dan mereka cenderung memberi umpan balik langsung dan terus-menerus.
Namun, gaya ini bisa menjadi kontraproduktif jika tidak dikelola dengan baik. Anggota tim mungkin merasa tertekan dan terbebani, terutama jika mereka merasa tidak dapat memenuhi ekspektasi yang tinggi.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang seimbang, pemimpin pacesetting perlu berkomunikasi secara efektif dan memberikan dukungan kepada anggota tim, sehingga mereka tidak hanya terfokus pada hasil, tetapi juga pada proses dan perkembangan pribadi.
14. Affiliative Leadership
Kepemimpinan afiliasi adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pentingnya hubungan emosional dan kolaborasi dalam tim.
Pemimpin yang menggunakan pendekatan ini berfokus pada membangun hubungan yang harmonis dengan anggota tim dan menciptakan suasana kerja yang positif.
Mereka sangat peduli dengan kesejahteraan dan kebutuhan emosional tim, serta mendorong komunikasi terbuka dan kepercayaan di antara anggota.
Pemimpin afiliasi sering kali berperan sebagai pendengar yang baik, memberikan dukungan, dan membantu anggota tim dalam mengatasi masalah pribadi atau profesional.
Gaya ini efektif dalam meningkatkan moral tim dan memperkuat rasa kebersamaan. Pemimpin afiliasi berusaha menciptakan lingkungan kerja yang inklusif di mana setiap orang merasa dihargai dan diterima, yang dapat meningkatkan loyalitas dan komitmen anggota tim terhadap organisasi.
Meskipun gaya kepemimpinan ini sangat bermanfaat dalam menciptakan atmosfer kerja yang positif, ada potensi kelemahan jika terlalu mengedepankan hubungan di atas pencapaian tujuan. Pemimpin afiliasi perlu memastikan bahwa meskipun mereka mendukung anggota tim, mereka juga tetap memfokuskan perhatian pada hasil dan kinerja.
Dengan menemukan keseimbangan antara perhatian terhadap hubungan dan pencapaian tujuan, pemimpin afiliasi dapat menciptakan tim yang solid dan produktif.
Sekian pembahasan dari Dealls mengenai berbagai tipe kepemimpinan yang bisa kamu terapkan dalam karier. Semoga informasi ini bermanfaat dan membantumu memahami gaya kepemimpinan mana yang paling cocok untukmu.
Sambil memperdalam pengetahuan tentang kepemimpinan, kamu bisa mencoba peluang karier di perusahaan swasta ternama di Indonesia dengan melamar ke lowongan kerja terbaru setiap harinya di Dealls.
Selain itu, jangan ragu untuk melakukan mentoring dengan career mentor profesional yang bisa membantumu merencanakan karier dan pendidikan.
Tersedia juga AI CV Reviewer, CV ATS Checker yang dapat menganalisis apakah CV kamu sudah sesuai dengan posisi yang dilamar, serta tes kepribadian secara gratis.
Yuk, raih karier impianmu dengan Dealls!
Sumber:
Leadership Styles - Overview, Importance, Examples
6 Common Leadership Styles — and How to Decide Which to Use When