Job Rotation: Arti, Manfaat, Contoh, Kelebihan, Kekurangan, & Cara Menerapkannya

Pelajari arti job rotation, manfaat untuk perusahaan, tipe, kelebihan, dan kekurangannya, serta best practice cara menerapkannya.

Dealls
Ditulis oleh
Dealls June 26, 2025

Pernah dengar istilah job rotation, tetapi belum yakin apa artinya dan kenapa penting dalam dunia kerja? 

Dalam konteks HRM (Human Resource Management), rotasi kerja tidak hanya soal pindah-pindah posisi. 

Lebih dari itu, strategi ini bisa jadi jalan buat kamu berkembang, sambil bantu perusahaan lebih adaptif di tengah persaingan. 

Namun, tentu saja ada kelebihan dan kekurangan yang perlu dipahami dulu. 

Yuk, simak penjelasan lengkapnya agar kamu lebih siap menghadapi dinamika dunia kerja!

Apa itu Job Rotation?

Tujuan Rotasi Kerja (Job Rotation Objectives) | Sumber: EBSCO Research Starters
Tujuan Rotasi Kerja (Job Rotation Objectives) | Sumber: EBSCO Research Starters

Job rotation atau rotasi kerja adalah proses pemindahan karyawan dari satu posisi atau tugas ke posisi lain dalam sebuah organisasi, baik secara horizontal (antar divisi setara), maupun vertikal (naik atau turun jabatan). 

Tujuan utamanya bukan semata-mata mengganti posisi, tetapi untuk memperluas pengalaman, keterampilan, serta pemahaman karyawan terhadap berbagai fungsi dalam perusahaan.

Menurut Cambridge Dictionary, job rotation adalah sistem kerja karyawan dengan tugas menjalani berbagai jenis pekerjaan dalam satu perusahaan agar mereka punya pengalaman yang lebih luas dan pemahaman menyeluruh tentang organisasi.

Senada dengan itu, EBSCO Research Starters mencatat bahwa ada empat tujuan utama job rotation, yaitu: 

  1. Menciptakan karyawan yang serba bisa (versatile employees)
  2. Memberi pemahaman menyeluruh tentang organisasi
  3. Mengurangi kejenuhan dan kelelahan kerja (employee fatigue)
  4. Menilai kompetensi karyawan untuk posisi yang lebih tinggi

Jadi, ketika kamu mendengar istilah job rotation, jangan hanya membayangkan “dipindah kerja” saja. 

Sebab, rotasi kerja merupakan bagian dari strategi pengembangan SDM jangka panjang yang berdampak besar, baik bagi karyawan, maupun perusahaan.

Manfaat Job Rotation untuk Perusahaan

Setelah mengetahui definisi job rotation, kini saatnya memahami manfaat rotasi kerja untuk perusahaan. 

Perlu diingat bahwa, rotasi kerja bukan hanya strategi pengembangan karyawan, tetapi juga memberikan keuntungan strategis bagi perusahaan. 

Berikut adalah lima manfaat rotasi kerja yang bisa dirasakan perusahaan ketika menerapkan sistem ini secara tepat:

1. Meningkatkan Keterampilan dan Fleksibilitas Karyawan

Dengan berpindah tugas ke berbagai divisi, karyawan secara otomatis mengembangkan multi-skill yang berguna untuk mendukung berbagai kebutuhan perusahaan. 

Hal ini menciptakan karyawan yang fleksibel, yang bisa mengisi lebih dari satu peran bila dibutuhkan, seperti saat kondisi darurat atau ketika terjadi kekurangan staf. 

Misalnya, seorang staf logistik yang pernah menjalani rotasi di bagian procurement akan lebih sigap dalam memahami alur pengadaan barang. 

Ini salah satu bentuk nyata dari rotasi kerja yang mendorong efisiensi organisasi.

2. Mengurangi Risiko Monoton dan Burnout

Tugas yang berulang dalam jangka panjang bisa menimbulkan kejenuhan hingga penurunan performa. 

Dengan job rotation process, karyawan mendapat tantangan baru yang membuat pekerjaan terasa lebih segar. 

Sebuah studi dari Harvard Business Review dikutip dari Psico Smart, perusahaan yang menerapkan program rotasi kerja mengalami peningkatan keterlibatan karyawan sebesar 15% dan tingkat retensi yang 20% lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menggunakan program serupa.

3. Membantu Identifikasi Bakat dan Potensi Tersembunyi

Melalui rotasi kerja, manajer bisa melihat bagaimana karyawan beradaptasi di berbagai posisi, termasuk di luar bidang utamanya. 

Ini membantu perusahaan mengidentifikasi potensi kepemimpinan atau keterampilan khusus yang sebelumnya belum terlihat. 

Misalnya, seorang staf keuangan yang ternyata punya kemampuan komunikasi luar biasa saat ditempatkan sementara di divisi customer relation

4. Mendorong Kolaborasi Antar Tim dan Divisi

Ketika karyawan pernah merasakan bekerja di berbagai bagian, mereka lebih tanggap terhadap beragam situasi.  

Ini mendorong empati, komunikasi yang lebih baik, dan mempercepat proses kerja lintas departemen. 

Misalnya, staf pemasaran yang pernah rotasi ke tim produksi akan lebih realistis dalam membuat campaign karena tahu keterbatasan lini produksi. 

Tipe rotasi kerja seperti ini bisa memperkuat kerja sama dan budaya saling memahami dalam perusahaan.

5. Meminimalkan Ketergantungan pada Satu Orang di Posisi Kunci

Ketika hanya satu orang yang ahli dalam suatu peran, risiko operasional jadi tinggi jika orang tersebut tiba-tiba resign atau cuti panjang. 

Namun, melalui rotasi kerja, perusahaan membangun sistem back-up dengan melatih beberapa orang dalam tugas yang sama. 

Ini adalah salah satu manfaat job rotation paling krusial bagi perusahaan, terutama yang sedang bertumbuh dan ingin lebih tahan terhadap dinamika SDM.

Contoh Job Rotation

Contoh Job Rotation

Supaya kamu makin paham bagaimana job rotation diterapkan, berikut beberapa contoh rotasi kerja yang umum dilakukan di berbagai jenis perusahaan. 

Dengan melihat praktik nyatanya, kamu bisa memahami lebih jauh bagaimana types of job rotation bekerja dalam dunia profesional.

1. Rotasi Antar Divisi Fungsional

Seorang staf pemasaran dipindahkan ke divisi customer service selama tiga bulan. Tujuannya agar ia memahami lebih baik kebutuhan dan keluhan pelanggan sehingga strategi pemasaran kedepannya lebih tepat sasaran. 

Ini merupakan contoh rotasi kerja yang cukup umum, terutama di perusahaan yang ingin memperkuat koordinasi antar tim.

2. Rotasi dalam Satu Divisi, Berbeda Fungsi

Seorang analis keuangan diberi tanggung jawab untuk menangani budgeting setelah sebelumnya fokus di audit internal. 

Meski masih dalam satu departemen, tanggung jawab dan sudut pandangnya berubah. Rotasi seperti ini sangat berguna untuk membangun pemahaman menyeluruh dalam satu bidang.

3. Rotasi Vertikal sebagai Persiapan Promosi

Karyawan senior dioper ke posisi team leader sementara sebagai bagian dari proses evaluasi kepemimpinan. 

Ini juga bisa disebut sebagai testing employee competence, salah satu tujuan dalam job rotation in HRM

Dengan begini, perusahaan bisa melihat kesiapan seseorang untuk naik jabatan sebelum dipromosikan secara permanen.

4. Rotasi Lokasi (Antar Cabang/Regional)

Seorang supervisor logistik dari kantor pusat dipindahkan sementara ke cabang luar kota. Ia diminta membenahi sistem distribusi di wilayah tersebut, sekaligus belajar mengelola tim yang lebih kecil. 

Ini termasuk jenis rotasi kerja yang menggabungkan aspek operasional dan manajerial, umum diterapkan di perusahaan dengan banyak cabang.

5. Rotasi Proyek (Project-based Rotation)

Contohnya, seorang web developer dari divisi aplikasi mobile ditugaskan sementara untuk proyek internal HRIS (Human Resource Information System). 

Meski bukan bagian dari tanggung jawab rutinnya, pengalaman ini memperluas perspektif dan pemahaman antar departemen. Model ini sering ditemukan di perusahaan teknologi atau agensi kreatif yang agile.

Baca Juga: Apa Itu Mutasi Kerja? Pahami Syarat dan Dasar Hukumnya 

Kelebihan Job Rotation

1208_11zon.webp

Jika dilihat lebih dekat, kelebihan job rotation bukan hanya soal variasi pekerjaan. 

Lebih dari itu, sistem rotasi kerja menciptakan ekosistem kerja yang lebih dinamis, adaptif, dan strategis bagi pertumbuhan karyawan dan perusahaan. 

Berikut beberapa alasan mengapa banyak organisasi menjadikan job rotation sebagai bagian penting dari strategi manajemen SDM mereka:

1. Mempercepat Pengembangan Karir

Dengan berpindah dari satu posisi ke posisi lain, karyawan mendapat pengalaman lintas fungsi yang memperkaya keterampilan teknis dan non-teknis. 

Ini membantu mereka lebih siap menghadapi tanggung jawab baru atau promosi jabatan. Job rotation benefits seperti ini sangat relevan bagi generasi milenial dan Gen Z yang cenderung menyukai tantangan dan pembelajaran berkelanjutan.

2. Meningkatkan Keterlibatan dan Retensi Karyawan

Studi Harvard Business Review menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan rotasi kerja mengalami peningkatan tingkat keterlibatan (employee engagement) sebesar 15%. 

Selain itu, tingkat retensi karyawan juga 20% lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak menerapkannya. 

Artinya, karyawan merasa lebih dihargai dan berkembang sehingga cenderung bertahan lebih lama. Ini membuktikan bahwa job rotation advantages tak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga loyalitas.

3. Menumbuhkan Pola Pikir Strategis dan Komprehensif

Melansir dari Forbes, rotasi kerja membantu karyawan melihat gambaran besar organisasi dan tidak terpaku pada sudut pandang sektoral. 

Misalnya, ketika staf keuangan ikut terlibat dalam proyek operasional, mereka lebih memahami dampak keputusan anggaran terhadap kinerja lapangan. 

4. Mengurangi Ketergantungan pada Posisi Tertentu

Dengan menyebarkan pengetahuan dan keahlian ke lebih dari satu orang dalam tim, perusahaan mengurangi risiko operasional jika salah satu staf kunci tiba-tiba keluar atau cuti.

Sistem ini membentuk cadangan SDM yang siap mengisi posisi kapanpun dibutuhkan. Ini adalah contoh nyata bagaimana kelebihan dan kekurangan rotasi kerja bisa diseimbangkan demi keberlanjutan organisasi.

5. Mendorong Inovasi dan Adaptasi

Karyawan yang terbiasa berpindah peran cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan ide-ide baru. 

Lingkungan kerja yang dinamis ini melahirkan budaya inovatif dan siap menghadapi segala tantangan.

Kekurangan Job Rotation

Kekurangan Job Rotation bagi Karyawan dan Perusahaan

Meskipun memiliki banyak kelebihan, bukan berarti job rotation bebas dari tantangan. 

Berikut beberapa job rotation disadvantages yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkannya:

1. Membutuhkan Waktu dan Biaya Tambahan untuk Pelatihan

Setiap kali karyawan berpindah posisi, mereka membutuhkan waktu untuk belajar dan beradaptasi dengan peran barunya. 

Ini berarti perusahaan perlu menyediakan pelatihan dan pendampingan tambahan, yang tentu saja memakan waktu dan biaya. 

Melansir dari Omnipresent, transisi yang buruk bisa menurunkan produktivitas dalam jangka pendek. 

2. Risiko Menurunnya Kinerja Sementara

Ketika seseorang dipindahkan ke posisi yang belum ia kuasai, wajar jika kinerjanya belum optimal. 

Jika rotasi tidak diiringi dengan evaluasi dan pembekalan yang tepat, bisa saja performa tim secara keseluruhan ikut terdampak. 

Selain itu, proses job rotation yang tergesa-gesa sering kali menghasilkan kebingungan, bukan pengembangan.

3. Ketidaknyamanan atau Penolakan dari Karyawan

Artinya, tidak semua orang menyukai perubahan. Beberapa karyawan mungkin merasa kehilangan zona nyamannya saat dipindahkan ke peran baru yang tidak mereka minati. 

Mengutip dari The Human Capital Hub, jika rotasi tidak dikomunikasikan dengan baik, justru dapat menurunkan motivasi dan loyalitas. Hal ini tentu saja akan berdampak pada performa tim secara keseluruhan. 

4. Potensi Ketidakseimbangan Beban Kerja

Rotasi yang tidak merata atau terlalu sering bisa menyebabkan beban kerja menjadi tidak seimbang antar tim atau individu. 

Akibatnya, ada yang merasa kelelahan karena terus-menerus belajar hal baru, sementara tim lainnya kekurangan tenaga berpengalaman. 

Hal ini termasuk kekurangan rotasi kerja yang cukup serius, terutama dalam tim kecil.

5. Tidak Cocok untuk Semua Jenis Pekerjaan

Beberapa posisi membutuhkan keahlian teknis yang spesifik dan tidak bisa dengan mudah dipelajari dalam waktu singkat. 

Dalam kasus seperti ini, job rotation bisa jadi tidak efisien, atau bahkan merugikan. 

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan job rotation secara proporsional, tergantung pada struktur dan kebutuhan perusahaan.

Tipe Job Rotation

Dalam dunia kerja, job rotation  tidak hanya soal memindahkan orang dari satu posisi ke posisi lain secara acak. Ada berbagai tipe job rotation  yang dirancang dengan tujuan dan pendekatan berbeda. 

Mengenal tipe-tipe ini akan membantumu memahami arti job rotation secara lebih menyeluruh—terutama jika kamu bagian dari tim HR atau sedang mempersiapkan sistem pengembangan karyawan.

Berikut empat tipe utama job rotation yang umum diterapkan di dunia kerja:

1. Rotasi Horizontal

Jenis ini melibatkan perpindahan karyawan ke posisi lain  dalam level jabatan yang sama , biasanya di divisi atau fungsi yang berbeda. 

Tujuannya adalah memperluas wawasan, meningkatkan kolaborasi lintas tim, dan membangun pemahaman menyeluruh tentang operasional perusahaan. Misalnya, staf logistik dipindahkan sementara ke tim procurement.

2. Rotasi Vertikal

Pada rotasi ini, karyawan dipindahkan ke posisi dengan  tanggung jawab yang lebih tinggi atau lebih rendah  dari peran sebelumnya. 

Ini sering digunakan sebagai cara menguji kesiapan seseorang untuk naik jabatan atau memperkuat pemahaman struktur organisasi. 

Misalnya, supervisor diberi kesempatan memimpin tim proyek sebagai latihan kepemimpinan. Biasanya, rotasi kerja jenis ini dilakukan ketika ada kandidat promosi atau program leadership pipeline.

3. Rotasi Antar Lokasi atau Unit Bisnis

Karyawan dipindahkan ke cabang lain, kota lain, atau bahkan unit bisnis yang berbeda untuk memperluas pengalaman dan adaptasi lintas budaya kerja. 

Ini salah satu bentuk nyata dari job rotation in HRM  yang mendukung mobilitas dan fleksibilitas dalam organisasi besar. 

Contohnya, manajer marketing Jakarta dikirim ke kantor cabang Surabaya untuk memimpin kampanye lokal. 

4. Rotasi Proyek atau Cross-functional Rotation

Karyawan diberi tanggung jawab dalam proyek tim yang melibatkan lintas divisi, meskipun hanya bersifat sementara. 

Ini memungkinkan mereka belajar dari luar bidang utamanya tanpa benar-benar meninggalkan posisinya. Misalnya, staf IT terlibat dalam tim digital marketing untuk proyek kampanye digital.

Kalau kamu ingin mencoba menerapkan job rotation atau rotasi kerja, simak penjelasannya berikut ini. 

Cara Melakukan Job Rotation

Setelah memahami manfaat, contoh, kelebihan dan kekurangan, serta tipe rotasi kerja, kini saatnya kita bahas mengenai bagaimana cara melakukannya. 

Merancang sistem job rotation bukan sekadar memindahkan karyawan dari satu posisi ke posisi lain. 

Dibutuhkan strategi, komunikasi yang jelas, serta dukungan manajerial agar proses ini berjalan efektif. 

Berikut langkah-langkah dan best practice dalam menerapkan job rotation:

1. Tentukan Tujuan Rotasi Kerja

Sebelum mulai, perusahaan perlu menentukan apa yang ingin dicapai: 

Apakah untuk pengembangan karyawan, regenerasi pemimpin, atau efisiensi kerja? 

Tujuan yang jelas akan memengaruhi siapa yang dipilih dan bagaimana prosesnya dijalankan. Di era kerja modern seperti job rotation, pendekatan berbasis tujuan menjadi standar.

2. Identifikasi Posisi dan Kandidat yang Tepat

HR perlu memetakan peran yang bisa ditukar tanpa mengganggu produktivitas, sekaligus menyeleksi karyawan yang punya potensi berkembang. 

Idealnya, kandidat memiliki fleksibilitas, kemauan belajar, dan dukungan dari atasan langsung. Oleh sebab itu, perlu diidentifikasi terlebih dahulu terkait posisi dan kandidat yang tepat.

3. Buat Rencana Rotasi yang Terstruktur

Langkah ketiga, yaitu menyusun jadwal rotasi, durasi, dan urutan posisi yang akan diisi. Misalnya, seorang karyawan diputar ke tiga divisi dalam 6 bulan dengan evaluasi di setiap tahap. 

Mengutip dari Valamis, perusahaan perlu mengembangkan jadwa rotasi yang realistis dan berkelanjutan agar tidak membebani tim. 

4. Komunikasikan dengan Jelas

Sebelum rotasi dimulai, sampaikan alasan, durasi, ekspektasi, dan manfaatnya kepada karyawan secara terbuka. 

Libatkan atasan langsung dan HR dalam diskusi agar semua pihak merasa dilibatkan. Biasanya, kurangnya komunikasi adalah salah satu penyebab utama kegagalan dalam proses rotasi kerja. 

5. Berikan Dukungan dan Mentoring

Karyawan yang baru dipindah tentu memerlukan waktu adaptasi. 

Oleh karena itu, penting untuk menyediakan pelatihan singkat atau mentor dari tim baru agar proses transisinya lancar. 

Pendampingan ini tidak hanya mempercepat pembelajaran, tapi juga menjaga semangat dan kepercayaan diri karyawan.

6. Lakukan Evaluasi Berkala

Setelah rotasi berlangsung, HR dan manajer perlu menilai hasilnya: 

Apakah keterampilan karyawan meningkat?
Apakah produktivitas tim tetap terjaga? 

Evaluasi ini bisa menjadi dasar untuk menyempurnakan sistem rotasi di masa depan. 

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kamu bisa memastikan bahwa job rotation bukan sekadar formalitas, tetapi benar-benar memberi dampak positif untuk pengembangan SDM dan kinerja perusahaan secara menyeluruh.

Baca Juga: 32 Contoh Job Vacancy Menarik untuk Berbagai Posisi

Pada akhirnya, job rotation bukan hanya strategi HR yang keren di atas kertas. Bila dirancang dengan tepat, rotasi kerja bisa menjadi investasi jangka panjang bagi perusahaan dan pengalaman berharga bagi karyawan. 

Baik dari sisi peningkatan keterampilan, retensi, hingga kesiapan menghadapi tantangan lintas fungsi—semuanya menjadi nilai tambah nyata dalam dunia kerja masa kini.

Kalau kamu sedang mencari lingkungan kerja yang terbuka terhadap pengembangan karir, atau ingin merasakan langsung manfaat dari program seperti job rotation, pastikan kamu mencari peluang kerja di tempat yang tepat.

Temukan perusahaan yang mendukung pertumbuhan profesionalmu hanya di Dealls karena #LebihPasti! 

Sumber: 

Job Rotation: Advantages and Disadvantages 

Job Rotation: Advantages, Examples, Best Practices [2025]

Job Rotation - Cambridge Dictionary

Job Rotation - EBSCO Research Starters  

Job Rotation - Glossary

The Benefits And Challenges Of Job Rotation 

Tips Pengembangan Karir
Bagikan

Lamar ke Lowongan Kerja Terbaru Setiap Harinya

Table of Contents

Dealls App
Kembangkan Karier Anda dengan Pekerjaan Prioritas & Mentoring
Dapatkan update live mengenai karier Anda dengan Aplikasi Dealls
Unduh Sekarang