Pernah merasa bahwa meskipun sudah melakukan pemasaran, hasil yang didapat masih kurang memuaskan?
Salah satu alasan utamanya mungkin karena pemasaranmu belum benar-benar menyasar audiens yang tepat.
Di dunia bisnis, pelanggan bukanlah kelompok yang seragam. Ada banyak lapisan dengan kebutuhan dan perilaku yang sangat berbeda.
Inilah mengapa memiliki buyer persona penting. Bagi yang belum tahu, ada baiknya pahami dulu pengertian, cara membuat, komponen, hingga contoh buyer persona di bawah ini!
Apa Itu Buyer Persona?

Buyer persona adalah representasi fiktif dari segmen calon pelanggan yang memiliki minat atau kebutuhan tertentu terhadap produk atau layanan Anda.
Profil ini disusun berdasarkan riset dari wawancara, analisis data, dan perilaku pembelian untuk memahami motivasi, tujuan, kekhawatiran, dan proses pengambilan keputusan mereka.
Buyer persona dapat membantu bisnis mengetahui mengapa seseorang memilih brand kamu, kompetitor, atau tidak membeli sama sekali, sehingga strategi pemasaran lebih tepat sasaran.
Umumnya, perusahaan memiliki lebih dari satu buyer persona agar dapat menjangkau berbagai segmen audiens secara efektif.
Buyer persona memungkinkan bisnis melakukan pemasaran yang lebih personal. Namun jangan samakan buyer persona dengan user persona, karena keduanya berbeda.
Buyer Persona | User Persona |
Fokus pada proses pembelian | Fokus pada pengalaman penggunaan produk atau layanan |
Untuk memahami cara menarik pelanggan | Untuk memahami masalah pengguna saat memakai produk |
Digunakan oleh tim marketing | Digunakan oleh tim produk dan CX |
Contoh: persona untuk menentukan strategi promosi sepatu | Contoh: persona untuk mendesain fitur aplikasi tracking langkah |
Hasilnya berupa strategi pemasaran yang lebih sesuai target | Hasilnya produk yang lebih sesuai kebutuhan pengguna |
Kalau masih bingung “apa contoh persona pengguna?”, bisa lihat contoh lengkap berikut:
Contoh User Persona Skincare
- Nama: Dita si Pemilik Kulit Sensitif
- Usia: 22 tahun
- Kebiasaan: Selalu membaca ingredient list, rutin cek review sebelum mencoba produk baru.
- Masalah: Kulit mudah iritasi, takut mencoba produk dengan bahan aktif terlalu kuat.
- Kebutuhan: Produk yang lembut, fragrance-free, dan jelas klaim klinisnya.
Intinya, buyer persona menjawab "mengapa mereka membeli", sedangkan user persona menjawab "bagaimana mereka menggunakan".
Apa Saja Isi Buyer Persona?

Dalam membuat buyer persona, terdapat beberapa komponen yang harus ada di dalamnya, termasuk yaitu:
1. Nama Persona
Nama persona digunakan untuk melabeli karakter fiktif yang mewakili target audiens secara lebih manusiawi.
Dengan memberi nama, tim marketing lebih mudah membayangkan pola pikir dan kebiasaan persona.
Contoh:
Rina The Growth Seeker, menggambarkan individu yang ambisius, cepat belajar, dan selalu mencari solusi untuk berkembang.
2. Umur
Rentang usia dapat membantu menentukan prioritas hidup, daya beli, dan gaya komunikasi yang paling sesuai untuk setiap kelompok umur memiliki kebutuhan dan motivasi yang berbeda.
Contoh:
Umur 24–35 tahun dipilih karena usia produktif yang lebih terbuka terhadap layanan baru.
3. Jenis Kelamin
Mengetahui jenis kelamin persona dapat membantu memahami preferensi konten, gaya visual, dan pendekatan komunikasi.
Beberapa industri memiliki perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, perempuan yang ingin membeli makeup sering melakukan riset konten edukatif atau testimoni sebelum membeli.
4. Status Pernikahan
Status pernikahan juga memengaruhi pola pengeluaran, prioritas hidup, dan tingkat fleksibilitas dalam mengambil keputusan.
Persona yang belum memiliki tanggungan (seperti single atau baru menikah) biasanya lebih leluasa mencoba produk baru karena mereka lebih fokus pada pengembangan diri dan karier.
5. Pendapatan
Informasi pendapatan dapat menentukan jenis produk yang mampu mereka beli dan seberapa besar mereka bersedia berinvestasi. Pengetahuan tentang daya beli ini menjadi dasar untuk menentukan harga produk di pasar.
Contoh:
Persona dengan pendapatan Rp6–25 juta per bulan, memungkinkan mereka membeli produk/layanan premium yang menawarkan manfaat jangka panjang.
6. Lokasi
Isi buyer persona berikutnya yaitu lokasi. Pasalnya, lokasi berpengaruh pada akses mereka terhadap teknologi, biaya hidup, serta eksposur terhadap tren dan iklan digital.
Misalnya, masyarakat kota besar (seperti di Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya) biasanya lebih adaptif terhadap layanan online.
Begitu pun sebaliknya, yang mana masyarakat di kota kecil lebih butuh waktu untuk beradaptasi terhadap penggunaan layanan online.
7. Tingkah Laku
Tingkah laku menggambarkan bagaimana persona berinteraksi dengan produk, platform digital, dan informasi sebelum mengambil keputusan.
Komponen ini membantu memahami rutinitas, pola penggunaan teknologi, dan preferensi mereka dalam mencari solusi.
Contoh:
Rina sering mencari insight lewat TikTok/Instagram, membaca review sebelum membeli, dan aktif mengikuti akun edukasi pengembangan diri.
8. Kebiasaan Belanja
Kebiasaan belanja menunjukkan cara persona melakukan riset, memilih, dan memutuskan untuk membeli sebuah produk.
Ini meliputi sumber informasi yang mereka percaya, sensitivitas terhadap harga, dan faktor yang mempercepat keputusan.
Contoh:
Rina biasanya membandingkan 2–3 brand, membaca testimoni, dan baru membeli jika ada promo atau jika manfaatnya jelas untuk meningkatkan kariernya.
Cara Membuat Buyer Persona
Setelah mengetahui berbagai isi buyer persona, kamu perlu merangkainya menjadi satu. Namun untuk mengumpulkan data-data tersebut, mari simak dulu urutan cara membuat buyer persona, antara lain:
1. Interview Pelanggan yang Sudah Ada
Langkah pertama adalah berbicara langsung dengan pelanggan yang sudah ada tentang 4 hal penting.
Kamu bisa bertanya tentang alasan mereka membeli, alternatif yang mereka pertimbangkan, bagaimana mereka melakukan riset, dan momen apa yang memicu pembelian. Data ini lebih akurat daripada hanya asumsi internal.
2. Perkaya dengan Hasil Riset Tambahan
Setelah wawancara, lengkapi informasi dengan data dari riset mandiri terkait industri kamu. Riset tentang tren di pasar, kompetitor, dan demografi umum industri.
Kamu bisa memanfaatkan tools analitik seperti Google Analytics atau Meta Audience untuk memperluas gambaran persona agar tidak hanya berdasarkan suara beberapa pelanggan saja.
3. Temukan Informasi Detail dari Persona
Langkah berikutnya yaitu mulai identifikasi pola seperti lokasi, usia, minat, motivasi membeli, hambatan, kebiasaan digital, dan perilaku pembelian.
Fokus hanya pada data yang benar-benar berpengaruh terhadap keputusan bisnis, bukan informasi sepele yang tidak relevan.
4. Konfirmasi Temuan
Setelah mengelompokkan pola dan merumuskan draft persona, lakukan pengecekan ulang dengan interview ulang pelangganmu yang sudah ada atau melakukan survei tambahan.
Tujuannya bukan untuk mencari informasi baru, tetapi mengonfirmasi persona yang kamu buat sesuai dengan tipe pelanggan yang ingin kamu layani.
5. Rangkai Menjadi Profil Buyer Persona & Tinjau Kembali
Susun semua temuan menjadi satu profil lengkap yang mudah dipahami, lalu lakukan pengecekan terakhir.
Tanyakan pada dirimu, “Apakah persona ini benar-benar mencerminkan sebagian pelanggan yang kamu wawancarai?”.
Jika iya, maka persona tersebut bisa mulai kamu pakai untuk strategi marketing di perusahaanmu.
Baca Juga: Kenali 10 Perbedaan Marketing dan Sales: Definisi dan Peran
Contoh Buyer Persona
Mari lihat kumpulan berbagai contoh buyer persona yang bisa kamu pakai untuk kebutuhan marketing skincare, makanan, fashion, minuman dan lain sebagainya:
1. Contoh Buyer Persona Skincare
Kalau kamu menjual produk skincare, kamu perlu memahami jenis kulit, masalah kulit, dan preferensi konsumenmu.
Berikut contoh buyer persona yang bisa kamu jadikan acuan.

2. Contoh Buyer Persona Makanan
Jika kamu bergerak di industri F&B, kamu bisa melirik contoh berikut untuk pemasaran nasi ayam geprek yang menyasar generasi muda.
Contoh ini memerhatikan selera pedas, kebiasaan makan cepat, hingga kecenderungan mencari menu murah dan mengenyangkan.
Nama Persona: Raka si Anak Kuliah Hemat
Usia: 19–24 tahun
Domisili: Tinggal di kos dekat kampus
Pekerjaan: Mahasiswa semester akhir
Raka butuh makanan yang cepat, murah, dan tetap enak. Karena jadwal kuliah dan organisasi cukup padat, ia sering mencari makanan yang gampang dipesan lewat aplikasi ojek online. Ia juga suka makanan pedas dan sering membandingkan level kepedasan tiap tempat ayam geprek.
Tujuan
- Makan enak dan mengenyangkan dengan budget terbatas.
- Mencari menu pedas yang sesuai selera.
- Mendapatkan promo atau potongan harga.
Perilaku & Kebiasaan
- Sering pesan via aplikasi online (GoFood/GrabFood).
- Menyukai level pedas yang bisa dikustomisasi.
- Tertarik dengan menu paket hemat dan add-on murah.
Kebutuhan
- Harga terjangkau (15–20 ribu sudah ideal).
- Rasa konsisten dan porsinya cukup besar.
- Banyak pilihan level pedas.
Pain Points
- Makanan pedasnya tidak konsisten.
- Porsi kecil untuk harga yang dibayar.
Motivasi Membeli
- Suka tantangan level pedas.
- Harga pas buat dompet mahasiswa.
3. Contoh Buyer Persona Fashion
Setiap pembeli fashion punya preferensi unik soal gaya, harga, dan tren. Berikut contoh buyer persona fashion yang bisa memudahkan kamu melakukan segmentasi audiens.

4. Contoh Buyer Persona Hijab
Remaja perempuan masa kini cenderung mencari hijab yang nyaman dan modis untuk aktivitas sekolah, kampus, hingga hangout.
Jika kamu sedang merancang strategi pemasaran untuk perusahaan hijab, bisa pakai contoh berikut.
Nama Persona: Alya si Trendy Modest Girl
Usia: 16–22 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Status: Pelajar / Mahasiswi
Pendapatan: Uang saku Rp300 ribu – Rp1 juta
Lokasi: Kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Tangerang)
Alya adalah remaja berhijab yang aktif di sekolah/kampus dan aktif di media sosial. Ia ingin tampil sopan namun tetap stylish, mengikuti tren modest fashion yang sedang berkembang.
Kebutuhan & Preferensi:
- Menginginkan hijab anti gerah, bahan jatuh, dan mudah dibentuk.
- Suka warna-warna soft seperti mauve, cream, dusty pink, dan sage.
- Lebih memilih hijab yang praktis, seperti pashmina inner anti-slip atau hijab instan modern.
- Mencari produk dengan harga terjangkau.
Masalah:
- Hijab licin, atau susah dibentuk.
- Gampang gerah ketika aktivitas seharian.
Perilaku Belanja:
- Sering lihat review di TikTok dan Instagram.
- Beli saat ada diskon.
- Suka brand yang rajin membagikan tips styling.
Tujuan Membeli:
- Ingin tampil fashionable.
- Mencari hijab yang nyaman untuk dipakai dari pagi sampai malam.
5. Contoh Buyer Persona Minuman
Banyak anak muda sering melewatkan sarapan karena jadwal yang padat. Mereka butuh minuman yang praktis, mengenyangkan, dan memberi energi cepat tanpa harus menyiapkan makanan.
Jika butuh ide buyer persona ini, bisa lihat referensi berikut:
Nama Persona: Raka si Morning Rush Achiever
Usia: 20–32 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Status: Mahasiswa tingkat akhir / Pekerja junior
Pendapatan: Rp4–10 juta
Lokasi: Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Surabaya
Raka sering keluar rumah pagi-pagi untuk kerja atau kuliah. Karena waktu sangat terbatas, ia sering skip sarapan dan akhirnya cepat lelah atau sulit fokus. Ia butuh opsi yang cepat, sehat, dan mudah dibawa.
Kebutuhan & Preferensi:
- Minuman langsung diminum tanpa perlu alat tambahan.
- Memberi efek kenyang ringan + energi instan untuk memulai hari.
- Rasa yang tidak terlalu manis dan tetap segar.
- Harga terjangkau untuk konsumsi harian.
Masalah yang Dirasakan:
- Mudah lapar atau ngantuk saat bekerja di pagi hari.
- Sulit menemukan sarapan praktis yang sehat dan cepat.
Perilaku Belanja:
- Sering beli lewat marketplace.
- Dipengaruhi konten TikTok “morning routine”.
Tujuan Membeli:
- Menjaga energi dan fokus di pagi hari tanpa ribet.
- Membantu pencernaan tetap sehat meski jadwal padat.
6. Contoh Buyer Persona Sepatu
Kebutuhan konsumen untuk sepatu bisa berbeda-beda, mulai dari kenyamanan hingga estetika. Berikut contoh buyer persona sepatu untuk target generasi muda yang suka tampil menarik.

7. Contoh Buyer Persona Template
Supaya kamu lebih mudah membuat buyer persona sendiri, berikut template kosongan yang bisa kamu adaptasi sesuai kebutuhanmu.

Baca Juga: 10 Pertanyaan Interview Digital Marketing: Rahasia HRD dapat Kandidat Kompeten!
Ingin Menekuni Karier di Bidang Pemasaran? Temukan Lokernya di Dealls!
Jika kamu tertarik berkarier di dunia pemasaran, kamu bisa mulai menjelajahi pilihan lokernya di Dealls. Ada banyak lowongan kerja marketing dan loker sales yang sedang buka.
Jenisnya beragam dari Creative Marketing, Digital Marketing Specialist, Affiliate Marketing, hingga Sales Canvasser dari 7.000+ perusahaan ternama, termasuk Sirclo, Facetology, Bank Bukopin, Richeese Factory, dan brand besar lainnya.

Kamu tinggal pilih bidang, level karier, dan jenis perusahaan yang paling cocok dengan minatmu.
Agar peluang dipanggil interview semakin besar, pastikan kamu sudah cek CV pakai AI CV Analyzer gratis dari Dealls dan dapatkan rekomendasi perbaikan secara instan.
Segera kirim CV-mu yang sudah diperbaiki agar bisa turut andil dalam pembuatan buyer persona maupun user persona di perusahaan masa depanmu!

Referensi:
The Ultimate Guide to Creating Buyer Personas (2024) | Shopify
What Is a Buyer Persona, Why It Matters & How to Define Yours | Buyer Persona Institute
