7 Cara Meningkatkan Resiliensi dalam Diri

Resilience adalah keterampilan hidup yang penting untuk menghadapi rintangan. Berikut cara meningkatkan resiliensi dalam diri agar tahan di segala rintangan.

Dealls
Ditulis oleh
Dealls May 01, 2025

Hidup memang penuh misteri, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Hari ini bisa saja penuh kebahagiaan, namun besok mungkin kita terpuruk dan menghadapi tekanan. 

Agar tidak goyah dengan ketidakpastian ini, kamu perlu menerapkan resiliensi dalam diri. Lalu, apa itu resiliensi? Simak penjelasannya berikut ini.

Apa Itu Resiliensi?

Ilustrasi resiliensi diri I Sumber: Freepik

Secara bahasa, resiliensi berasal dari kata "resilience" yang dalam Oxford Dictionary of English  memiliki dua arti yaitu kemampuan kembali dalam bentuk semula atau elastis dan kemampuan untuk bertahan atau pulih dengan cepat dari sebuah kesulitan.

Resiliensi menggambarkan kemampuan seseorang untuk beradaptasi, bertahan, dan bangkit kembali dari situasi yang penuh tekanan atau stres. 

Menurut Suprapto, dkk; resiliensi adalah kemampuan individu untuk mengontrol emosi, dorongan dalam diri, dan tingkah laku, sehingga dapat bertahan dalam kesulitan serta menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. 

Reivich dan Shatte (2002) mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk merespons dengan cara yang sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat dari Resilience

Mengembangkan resiliensi sangat penting dan bermanfaat bagi mereka yang menghadapi berbagai tantangan hidup. Menurut Growth Signal, manfaat dari mengembangkan resiliensi antara lain:

1. Membantu Mengurangi Stres dan Kecemasan

Resiliensi yang baik membantu seseorang mengatasi stres dan kecemasan dengan lebih efektif. Orang yang resilien cenderung dapat melihat masalah sebagai tantangan yang bisa diatasi, bukan sebagai beban yang berat.

Dengan kemampuan ini, mereka dapat tetap tenang dan fokus mencari solusi, meskipun menghadapi situasi sulit. Hal ini mengurangi tingkat kecemasan dan membantu mereka mengelola stres dengan cara yang lebih sehat.

2. Meningkatkan Kesehatan Mental

Resiliensi memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan kesehatan mental seseorang. Dengan ketangguhan, seseorang dapat menghadapi tekanan hidup dengan lebih positif dan tidak mudah terjebak dalam perasaan negatif.

Orang yang resilien cenderung memiliki cara yang lebih efektif dalam mengatasi masalah, yang mengurangi risiko gangguan mental. Kemampuan ini membantu mereka untuk tetap seimbang secara emosional, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

3. Meningkatkan Kinerja dan Produktivitas

Resiliensi dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karena seseorang mampu menghadapi tekanan dengan lebih baik. Mereka yang memiliki ketangguhan cenderung tetap fokus dan tidak mudah terganggu meskipun dihadapkan pada masalah.

Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk mencari solusi secara cepat dan terus bekerja dengan efisien. Hal ini penting untuk diterapkan pada produktivitas yang lebih tinggi dalam situasi kerja yang menantang.

4. Meningkatkan Kualitas Hidup

Resiliensi juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup dengan membantu seseorang mengatasi berbagai kesulitan. Ketangguhan ini memungkinkan mereka untuk tetap optimis dan menemukan cara untuk mengatasi tantangan hidup.

Selain itu, orang yang resilien lebih cenderung menjalani gaya hidup sehat, seperti olahraga dan pola makan yang baik. Kebiasaan ini mendukung kesehatan fisik dan mental, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

5. Meningkatkan Kemampuan Beradaptasi

Mengembangkan resiliensi membuat seseorang lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Ketangguhan ini membantu individu untuk melihat perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang, bukan sebagai hambatan.

Faktor yang Dapat Memengaruhi Resilience

Ilustrasi resiliensi diri I Sumber: Freepik

Mengutip dari Missasi dan Izzati (2019), resiliensi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi resiliensi antara lain spiritualitas, self-efficacy, optimisme, dan self-esteem, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial.

1. Spiritualitas

Memiliki keyakinan spiritual atau agama dapat memberi kekuatan batin untuk menghadapi kesulitan. Ketika menghadapi masalah, orang yang memiliki spiritualitas cenderung lebih tenang dan dapat melihat tantangan sebagai bagian dari perjalanan hidup.

2. Self-efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan bahwa kita bisa mengatasi masalah yang datang. Dengan rasa yakin bisa mengendalikan situasi, kita akan lebih berusaha keras dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.

3. Optimisme

Orang yang optimis percaya bahwa situasi buruk akan berlalu dan akan ada jalan keluar. Pandangan positif ini membantu kita tetap semangat dan melihat masa depan dengan harapan, meskipun sedang dihadapkan pada masalah.

4. Self-esteem

Rasa percaya diri yang baik membantu kita untuk tetap teguh dan tidak merasa kecil hati meski menghadapi kegagalan. Dengan self-esteem yang tinggi, kita lebih bisa menerima diri sendiri dan tidak mudah jatuh hanya karena masalah yang datang.

5. Dukungan Sosial

Dukungan dari teman, keluarga, atau orang terdekat sangat penting saat kita menghadapi kesulitan. Ketika ada orang yang mendukung kita, kita merasa tidak sendirian dan lebih percaya diri untuk menghadapinya.

Aspek-aspek yang Membentuk Resiliensi

Berikut beberapa aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002), yang bisa kamu temukan di tubuh dan jiwa yang tangguh:

1. Kemampuan Mengatur Emosi (Emotion Regulation)

Resiliensi melibatkan kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi dengan baik. Ini berarti kita bisa tetap fokus pada solusi meskipun perasaan negatif muncul, sehingga dapat bertindak dengan lebih tenang dan efektif.

2. Pengendalian Diri (Impulse Control)

Kemampuan mengendalikan dorongan atau keinginan sangat penting dalam resiliensi. Dengan menahan diri, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan menghindari dampak negatif jangka panjang.

3. Optimisme (Optimism)

Resiliensi mengajarkan kita untuk melihat masa depan dengan pandangan positif. Ini mendorong kita untuk tetap percaya bahwa ada peluang dan solusi meskipun tantangan yang dihadapi terasa berat.

4. Kemampuan Menganalisis Penyebab Masalah (Causal Analysis)

Resiliensi berarti mampu mengidentifikasi penyebab masalah secara tepat. Kemampuan ini membantu kita menemukan solusi yang lebih efektif dengan memahami akar masalah secara mendalam.

5. Empati (Empathy)

Empati berhubungan erat dengan resiliensi karena membantu kita memahami perasaan orang lain dan merespons dengan cara yang tepat. Hal ini memperkuat hubungan interpersonal dan membantu kita lebih siap menghadapi kesulitan.

6. Efikasi Diri (Self-Efficacy)

Self-efficacy adalah keyakinan terhadap kemampuan diri untuk mengatasi masalah. Dengan rasa percaya diri ini, kita menjadi lebih termotivasi dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

7. Keterjangkauan (Reaching Out)

Resiliensi juga berarti mengetahui kapan harus mencari bantuan. Orang yang tangguh tahu kapan harus menghubungi orang lain dan menghadapi tantangan dengan sikap positif untuk melampaui rasa malu atau ketakutan.

Indikator dari Resiliensi

Resiliensi sering kali dianggap sebagai kemampuan untuk bertahan dan bangkit dari berbagai kesulitan. Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana cara mengetahui jika dirimu termasuk orang yang memiliki resiliensi? Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang bisa menjadi petunjuknya:

1. Kemampuan untuk Tetap Positif di Tengah Kesulitan

Walau menghadapi masalah yang terus menerus, orang dengan resiliensi memiliki kemampuan untuk menjaga sikap positif dan percaya bahwa ada harapan. Mereka tetap optimis meskipun keadaan seakan tidak membaik.

2. Kemampuan untuk Tetap Fokus Meskipun Banyak Gangguan

Salah satu ciri orang yang memiliki resiliensi adalah tetap bisa fokus pada tujuan meskipun dihadapkan dengan masalah besar. Mereka tidak mudah teralihkan oleh kesulitan dan dapat menyusun rencana yang lebih baik.

3. Kemampuan untuk Bangkit Setelah Kegagalan

Setiap orang pasti pernah gagal. Namun, orang yang resilient akan selalu bisa bangkit dan mencoba lagi setelah mengalami kegagalan. Mereka tidak membiarkan kegagalan mendefinisikan diri mereka.

4. Kemampuan Beradaptasi dengan Situasi Baru

Dunia terus berubah, dan perubahan sering kali tidak terduga. Mereka yang memiliki resiliensi dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tersebut dan siap menghadapi tantangan baru dengan solusi yang lebih kreatif.

Dengan mengetahui indikator ini, kamu dapat mulai mengevaluasi apakah kamu memiliki resiliensi yang cukup untuk menghadapi tantangan hidup.

Contoh Resiliensi

Ilustrasi resiliensi diri I Sumber: Freepik

Berikut ini adalah contoh-contoh nyata tentang bagaimana resiliensi bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari:

1. Menghadapi Kehilangan

Kehilangan orang yang kita sayangi bisa sangat mengguncang. Resiliensi dalam hal ini terlihat dari kemampuan untuk tetap menjaga keseimbangan emosional, meski berduka. Orang dengan resiliensi akan mengatasi rasa sakit dengan lebih baik, dan lambat laun bisa berdamai dengan kenyataan.

2. Menjalani Perubahan Karir

Mengubah jalur karier, terutama yang jauh berbeda dari pengalaman sebelumnya, bisa sangat menantang. Resiliensi muncul dari kemauan untuk belajar hal baru, menjalin hubungan baik di tempat kerja, serta tidak menyerah meskipun dihadapkan dengan kesulitan atau kegagalan awal.

3. Menghadapi Bencana Alam

Bencana alam sering meninggalkan dampak yang mendalam, seperti kehilangan tempat tinggal atau pekerjaan. Resiliensi di sini terlihat pada kemampuan untuk tetap optimis, mencari dukungan dari orang sekitar, serta tetap melangkah meskipun tantangan sangat besar.

4. Memulihkan Diri dari Trauma

Memulihkan diri setelah mengalami trauma bukanlah hal yang mudah. Resiliensi membantu seseorang untuk pulih dengan dukungan yang tepat. 

Hal ini melibatkan kemampuan untuk menerima kenyataan, berfokus pada perbaikan diri, serta melibatkan orang-orang terdekat yang bisa memberikan dukungan emosional.

5. Menghadapi Perubahan dalam Hubungan Pribadi

Ketika hubungan dengan orang lain berakhir, misalnya karena putus cinta atau pertemanan yang renggang, resiliensi muncul dalam bentuk kemampuan untuk tetap positif, menurunkan ego, dan mencari dukungan.

Orang yang resilient tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain, melainkan berusaha untuk lebih dewasa dalam menghadapi perpisahan.

Baca jugaApa Itu Fixed Mindset: Ketahui Contoh dan 5 Ciri-Cirinya!

Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi

Individu dengan resiliensi tinggi mampu mengatasi kesulitan dan tetap bertahan. Mereka melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Berikut ciri-cirinya.

1. Mampu Menghadapi Tantangan dengan Positif

Individu dengan resiliensi tinggi selalu berusaha melihat sisi positif dalam setiap kesulitan. Mereka tidak membiarkan masalah menghalangi langkah mereka dan terus berusaha maju.

2. Fleksibel dalam Menghadapi Perubahan

Mereka mampu beradaptasi dengan perubahan, baik dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Orang dengan resiliensi akan menyesuaikan diri tanpa kehilangan arah meskipun situasi berubah.

3. Ketenangan dalam Menghadapi Tekanan

Resiliensi terlihat jelas saat seseorang tetap tenang meski dalam kondisi penuh tekanan. Mereka bisa mengendalikan emosinya dan tetap fokus pada solusi.

4. Kemampuan untuk Bangkit Setelah Kegagalan

Ketika mengalami kegagalan, individu resilien tidak cepat menyerah. Sebaliknya, mereka belajar dari kesalahan dan terus mencoba dengan cara yang lebih baik.

Cara Meningkatkan Resiliensi dalam Diri

Meningkatkan resiliensi dalam diri memerlukan usaha untuk mengelola aspek fisik dan mental secara seimbang. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba untuk memperkuat ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup:

1. Menemukan Tujuan dan Makna dalam Hidup

Memiliki tujuan yang jelas dapat memberikan dorongan untuk tetap bertahan meski menghadapi kesulitan. Menemukan makna dalam hidup membantu kamu tetap fokus pada hal-hal yang penting, meskipun tantangan datang. 

Dengan menetapkan prioritas, kamu bisa menciptakan harapan yang akan membuatmu lebih tangguh dalam menghadapi rintangan.

2. Mengelola Stres dengan Baik

Stres adalah hal yang tidak bisa dihindari, namun yang bisa kita kontrol adalah cara kita menghadapinya. Belajar untuk mengelola stres melibatkan kemampuan untuk memberi ruang bagi diri sendiri, baik dengan beristirahat atau mencari dukungan dari orang lain. 

Mengatasi stres dengan cara yang sehat membantu menjaga keseimbangan emosional dan mental.

Baca Juga: 20 Cara Mengatasi Stress Kerja, Ciri-Ciri, dan Dampaknya

3. Membangun Hubungan Sosial yang Sehat

Hubungan sosial yang sehat adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan resiliensi. Dengan memiliki orang-orang yang mendukung, kamu bisa lebih mudah mengatasi tekanan sosial dan emosional. 

Mengatur emosi dan beradaptasi dengan berbagai karakter di sekitar juga sangat membantu dalam menjaga ketahanan diri dalam berbagai situasi.

4. Merawat Kesehatan Fisik dan Mental

Kesehatan tubuh dan pikiran saling terkait dalam membangun resiliensi. Olahraga teratur, pola makan sehat, dan tidur yang cukup adalah dasar untuk menjaga tubuh tetap kuat. 

Selain itu, penting juga untuk memberi waktu bagi diri sendiri untuk bersantai dan menghabiskan waktu dengan orang yang memberi energi positif.

5. Mengembangkan Pola Pikir Positif

Memiliki pola pikir positif membantu kamu untuk lebih mudah menghadapi masalah yang datang. Meskipun kamu menghadapi kesulitan, tetap mencoba untuk melihat sisi baik dari setiap situasi. 

Hal ini akan memudahkan kamu dalam mencari solusi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana di masa depan.

6. Belajar untuk Menerima Kegagalan

Kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup, dan cara kita menghadapinya sangat berpengaruh pada tingkat resiliensi. Alih-alih merasa terpuruk, lihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. 

7. Melatih Ketekunan dan Konsistensi

Resiliensi bukan hanya soal menghadapi masalah, tapi juga soal terus maju meski ada rintangan. Dengan melatih ketekunan, kamu bisa mempertahankan fokus dan komitmen meski perjalanan terasa berat. 

Nah, itu dia penjelasan mengenai resiliensi yang bisa diterapkan dalam setiap aspek dalam diri kamu. Memiliki resilience artinya bukan tidak pernah mengalami kegagalan, tetapi tahu bagaimana cara beradaptasi dan bangkit lagi. 

Sekarang saatnya kamu meningkatkan resiliensi dalam karir dengan mendapatkan tempat kerja yang lebih baik.

Kamu bisa melamar berbagai jenis pekerjaan di Dealls untuk meningkatkan resiliensi di dunia kerja.

Dealls menyediakan lebih dari 2000 lowongan kerja terbaru dari berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

App Store Banner (cta-article-apply-job-1).jpg

Jangan lupa, kamu juga bisa mendapatkan bimbingan langsung dari career mentor profesional di Dealls untuk membantu merancang langkah-langkah karier yang lebih terarah.

Yuk, mulai bangun karier dan temukan peluang terbaikmu di Dealls!

Sumber:

bab.la. What is the meaning of "resilience"? diakses April 10, 2025, dari https://en.bab.la/dictionary/english/resilience

Suprapto, Michelle & Naharia, Melkian & Elisa, Sinta. (2022). RESILIENSI REMAJA AWAL YANG HAMIL DILUAR NIKAH DI KABUPATEN MINAHASA UTARA. PSIKOPEDIA. 1. 10.53682/pj.v1i1.1611. 

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor. New York: Broadway Books.

NS Development. Ketahui Manfaat Mengembangkan Resiliensi. Diakses April 10, 2025, dari https://nsd.co.id/posts/ketahui-manfaat-rengembangkan-resiliensi.html

Missasi, V., & Izzati, I. D. C. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, 433-441. ISSN: 2715-7121.

Tips Pengembangan Karir
Bagikan

Lamar ke Lowongan Kerja Terbaru Setiap Harinya

Table of Contents

Dealls App
Kembangkan Karier Anda dengan Pekerjaan Prioritas & Mentoring
Dapatkan update live mengenai karier Anda dengan Aplikasi Dealls
Unduh Sekarang