Masih bingung perlu mencantumkan status pernikahan di CV atau tidak? Tenang, kamu membaca di artikel yang tepat!
Dulu, mencantumkan status pernikahan dalam CV dianggap wajib dan menjadi kebiasaan umum. Namun kini, dengan perkembangan zaman dan perubahan tren perekrutan, hal tersebut mulai dipertimbangkan kembali.
Sebab, informasi ini bisa memberikan kesan positif, tetapi tidak jarang pula dianggap kurang relevan.
Nah, sebelum kamu menambahkan atau menghapus bagian status pernikahan di CV, yuk simak dulu penjelasan lengkap dan tips praktisnya di artikel ini!
Apakah Perlu Mencantumkan Status Pernikahan di CV?
Pertanyaan ini masih sering muncul, apalagi di kalangan pencari kerja pemula. Namun, jawaban sederhananya adalah tidak perlu.
Beberapa tahun kebelakang, menuliskan status pernikahan di CV memang sering dilakukan. Hal ini karena CV dipandang sebagai dokumen personal yang harus mencerminkan identitas secara utuh, termasuk status keluarga.
Namun di era digital ini, perusahaan tidak lagi memandang status pernikahan sebagai informasi yang relevan untuk menilai kualitas atau kelayakan kandidat.
Menuliskan apakah kamu sudah menikah, lajang, atau bahkan bercerai justru bisa membuka celah terhadap diskriminasi yang tidak perlu, apalagi jika kamu melamar ke perusahaan yang sangat menjunjung nilai inklusivitas dan objektivitas.
Nah, karena itu, sebagian besar HR saat ini menyarankan untuk tidak mencantumkan status pernikahan di CV, kecuali memang diminta secara khusus dalam lowongan kerja.
Kapan Boleh Mencantumkan Status Pernikahan di CV?
Meskipun tidak wajib, ada situasi khusus di mana mencantumkan status pernikahan di CV masih bisa diterima atau bahkan bisa menjadi nilai tambah.
Namun, perlu diketahui juga bahwa kondisi ini sifatnya jarang dan sangat bergantung pada konteks pekerjaan serta budaya perusahaan atau negara tempat kamu melamar.
Berikut beberapa keadaan yang memunginkamu mencantumkan status pernikahan di CV:
1. Jika Lowongan Meminta Informasi Pribadi Secara Spesifik
Beberapa perusahaan, terutama yang masih menerapkan sistem administrasi konvensional atau beroperasi di negara yang masih mempraktikkan permintaan data personal, mungkin secara eksplisit meminta kamu mencantumkan status pernikahan.
Dalam kasus ini, sebaiknya kamu menyesuaikan isi CV dengan permintaan tersebut. Namun, pastikan dulu bahwa perusahaan itu benar-benar kredibel dan tidak menyalahgunakan data pribadi.
2. Jika Relevan dengan Pekerjaan yang Dilamar
Ada kondisi di mana status pernikahan bisa menambah konteks positif terhadap pekerjaan yang kamu lamar.
Misalnya, jika kamu melamar posisi sebagai konselor pernikahan atau keluarga, menyebutkan bahwa kamu sudah menikah bisa memberi kesan bahwa kamu punya pengalaman personal yang relevan.
3. Jika Kamu Masih Lajang dan Posisi Membutuhkan Fleksibilitas Tinggi
Untuk pekerjaan yang membutuhkan mobilitas tinggi atau jam kerja tidak menentu, status lajang kadang dianggap sebagai nilai tambah secara tidak langsung.
Misalnya, jika pekerjaan tersebut menuntutmu sering bepergian, lembur, atau berpindah tempat tinggal, HR mungkin mempertimbangkan bahwa kandidat yang belum menikah lebih fleksibel dan tidak memiliki komitmen keluarga yang bisa menghambat mobilitas kerja.
4. Jika Kamu Melamar ke Negara atau Perusahaan dengan Konvensi Tertentu
Beberapa negara atau perusahaan masih menilai bahwa informasi personal seperti status pernikahan adalah bagian dari CV standar, misalnya di beberapa negara Eropa atau Asia.
Jika kamu melamar ke luar negeri, penting untuk melakukan riset terlebih dahulu tentang standar CV di negara tersebut agar bisa menyesuaikan diri.
Cara Mencantumkan Status Pernikahan di CV
Jika kamu merasa status pernikahan perlu dicantumkan dalam CV karena relevan dengan posisi yang dilamar, pastikan kamu menuliskannya dengan cara yang tepat, profesional, dan tidak berlebihan. Berikut panduannya:
1. Gunakan Istilah yang Baku dan Profesional
Saat menuliskan status pernikahan di CV, kamu harus selalu gunakan istilah yang baku dan umum digunakan dalam dokumen resmi. Beberapa contoh istilah yang tepat antara lain:
- Lajang
- Menikah
- Cerai
- Duda/Janda
Hindari penggunaan kata yang bersifat casual seperti single atau istilah kekinian yang tidak sesuai konteks profesional. Pemilihan kata yang tepat menunjukkan bahwa kamu serius dan memahami etika penulisan CV.
2. Tempatkan Informasi di Bagian Data Pribadi
Jika kamu memutuskan untuk mencantumkan status pernikahan, tempatkan informasi ini di bagian Data Pribadi (Personal Details). Umumnya, bagian ini terletak di awal CV, setelah nama, alamat, dan informasi kontak.
Misalnya, seperti:
Data Pribadi
Nama: Dedi Santosa
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 12 April 1990
Alamat: Jl. Melati No. 18, Jakarta Selatan
Telepon: 0812-3456-7890
Email: [email protected]
Jenis Kelamin: Laki-laki
Kewarganegaraan: Indonesia
Status Pernikahan: Menikah
3. Hindari Menyebutkan Detail yang Tidak Diperlukan
Beberapa orang mungkin tergoda mencantumkan informasi tambahan seperti jumlah anak atau nama pasangan, kecuali jika informasi tersebut benar-benar relevan dengan posisi yang kamu lamar.
4. Hanya Cantumkan Jika Relevan dengan Pekerjaan
Perlu diingat kembali jika status pernikahan adalah informasi pribadi. Maka dari itu, kamu hanya perlu mencantumkannya jika memang ada relevansi dengan posisi yang kamu lamar.
Apa yang Sebaiknya Ditulis di CV?
Lalu, informasi apa saja yang sebaiknya dicantumkan dalam CV? Berikut adalah elemen-elemen penting yang sebaiknya kamu cantumkan dalam CV agar terlihat profesional, relevan, dan menarik di mata HRD:
1. Informasi Pribadi (Personal Details)
Bagian ini berisi identitas dasar yang memudahkan perekrut mengenal dan menghubungimu. Informasi yang sebaiknya dicantumkan meliputi:
- Nama lengkap
- Alamat domisili
- Nomor telepon aktif
- Alamat email profesional
Jika diperlukan atau sesuai dengan kebiasaan negara tempatmu melamar, kamu juga bisa menambahkan tanggal lahir, jenis kelamin, dan kewarganegaraan.
Namun, informasi sensitif seperti agama, status pernikahan, atau jumlah anak sebaiknya ditulis hanya jika memang relevan dengan posisi yang dilamar.
2. Ringkasan Profil atau Deskripsi Diri (Profile Summary)
Ringkasan ini berupa paragraf pendek (2–3 kalimat) yang menjelaskan siapa kamu, apa keahlian utamamu, dan apa yang kamu cari dalam karier. Tujuannya adalah untuk memberikan kesan pertama yang kuat kepada HRD.
Contoh:
Lulusan Ilmu Komunikasi dengan pengalaman 2 tahun sebagai Digital Marketing Specialist. Memiliki keahlian dalam strategi konten, SEO, dan kampanye media sosial. Tertarik untuk mengembangkan karier di industri teknologi dan startup.
3. Riwayat Pendidikan (Educational Background)
Cantumkan juga jenjang pendidikan terakhir hingga sebelumnya, lengkap dengan informasi terkait nama perguruan tinggi, jurusan, tahun masuk dan lulus, serta perolehan IPK.
4. Pengalaman Kerja (Work Experience)
Bagian ini sangat penting karena menunjukkan pengalaman dan kontribusimu di dunia kerja. Cantumkan informasi terkait nama perusahaan, jabatan terakhir, periode bekerja, serta tugas utama dan pencapaian yang relevan
Gunakan bullet point untuk mendeskripsikan tanggung jawab atau hasil kerja secara jelas dan terukur.
5. Keahlian atau Skill
Tuliskan keterampilan yang relevan dengan posisi yang dilamar, baik itu keterampilan teknis (hard skills) maupun keterampilan interpersonal (soft skills), seperti Microsoft Excel, Google Ads, kepemimpinan, dan manajemen waktu.
6. Sertifikasi dan Pelatihan (Certificates & Trainings)
Jika kamu pernah mengikuti kursus, bootcamp, atau pelatihan yang berkaitan dengan posisi yang dilamar, cantumkan di bagian ini. Tulis nama pelatihan, penyelenggara, dan tahun pelaksanaannya.
7. Pengalaman Organisasi atau Proyek (Organizational Experience or Projects)
Untuk kamu yang masih fresh graduate atau belum memiliki pengalaman profesional, kamu juga bisa mencantumkan pengalaman organisasi atau proyek yang pernah kamu kerjakan.
8. Bahasa dan Tools Pendukung
Jika kamu menguasai lebih dari satu bahasa atau familiar dengan alat kerja tertentu, tulis di bagian terpisah. Ini bisa jadi nilai plus.
Contoh:
- Bahasa Inggris – Aktif (TOEFL 580)
- Figma, Trello, Notion
9. Portofolio (Jika Diperlukan)
Untuk posisi yang membutuhkan hasil karya seperti desainer, penulis, atau videografer, lampirkan link ke portofolio online kamu (misalnya: Behance, Google Drive, atau website pribadi).
Contoh CV Kerja yang Baik dan Benar
Sebagai gambaran, berikut adalah contoh CV Kerja yang bisa kamu jadikan sebagai referensi untuk melamar pekerjaan nanti.
Baca juga: Contoh CV ATS-Friendly & Cara membuatnya [Plus 5 Template Gratis!]
Demikian penjelasan tentang status pernikahan di CV, wajib atau tidaknya status ini tentu berkaitan dengan jenis lowongan kerja yang lamar. Oleh sebab itu, pastikan kamu membaca dengan teliti informasi yang diberikan, ya!
Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah memastikan isi CV kamu benar-benar selaras dengan kebutuhan perusahaan.
Jangan sampai CV-mu justru bertolak belakang dengan kriteria yang diminta. Untuk membantu kamu, gunakan fitur ATS Analysis agar bisa mengecek tingkat kecocokan CV dengan posisi yang dituju secara otomatis.
Sudah yakin dengan CV-mu? Saatnya melamar kerja di perusahaan impian melalui lowongan kerja terbaru di Dealls sekarang juga!
Yuk, kembangkan peluang kerja terbaik bersama Dealls!