Mengenal Gig Economy: Peluang dan Tantangan di Era Digital

Gig economy menawarkan fleksibilitas tetapi juga tantangan dalam dunia kerja modern. Simak penjelasan lengkapnya disini!

Dealls
Ditulis oleh
Dealls March 18, 2025

Di era digital saat ini, semakin banyak orang yang beralih ke pekerjaan fleksibel yang tidak terikat kontrak jangka panjang. Sistem ini dikenal sebagai gig economy, di mana seseorang dapat bekerja secara mandiri melalui berbagai platform digital. Namun, apakah sistem ini benar-benar menguntungkan bagi pekerja? Simak selengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Gig Economy?

Gig economy adalah istilah yang merujuk pada model ekonomi di mana pekerjaan bersifat temporer, fleksibel, dan tidak terikat pada kontrak jangka panjang seperti pekerjaan tradisional. Dalam sistem ini, individu biasanya bekerja sebagai kontraktor independen, pekerja lepas (freelancer), atau penyedia layanan berbasis proyek, sering kali melalui platform digital. 

Istilah "gig" sendiri berasal dari dunia musik, di mana musisi dibayar untuk setiap penampilan atau "gig" yang mereka lakukan, dan kini konsep ini telah meluas ke berbagai sektor industri.

Perkembangan gig economy didorong oleh kemajuan teknologi, khususnya platform digital yang memungkinkan koneksi langsung antara pekerja dan konsumen. 

Pelaku Utama dalam Ekosistem Gig Economy

Dalam gig economy, terdapat tiga aktor utama yang saling berinteraksi dalam ekosistem yang dinamis:

1. Pekerja Gig (Gig Workers)

Pekerja gig adalah individu yang menawarkan jasa atau keahlian mereka secara independen, tanpa ikatan kontrak tetap.

Contoh pekerja gig termasuk pengemudi ojek online, desainer grafis lepas, atau pengantar makanan.

2. Platform Digital

Platform digital berperan sebagai perantara yang menghubungkan pekerja gig dengan konsumen. 

Perusahaan seperti Gojek, Grab, Uber, Upwork, Fiverr, dan Airbnb adalah contoh platform yang memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi transaksi antara penyedia jasa dan pengguna layanan. 

3. Konsumen

Konsumen adalah pengguna akhir yang memanfaatkan layanan atau produk yang ditawarkan melalui platform digital. Mereka mencari kemudahan, efisiensi, dan harga kompetitif, yang menjadi daya tarik utama gig economy

Contohnya, konsumen memesan transportasi online, menyewa akomodasi jangka pendek, atau membeli jasa desain grafis melalui platform.

Keunggulan dan Kelemahan Gig Economy

Seperti dua sisi mata uang, gig economy menawarkan sejumlah keuntungan sekaligus menghadirkan tantangan yang tidak dapat diabaikan. Berikut keunggulan dan kelemahan gig economy:

Keunggulan Gig Economy

  1. Fleksibilitas Waktu dan Lokasi
    Salah satu daya tarik utama gig economy adalah kemampuan pekerja untuk menentukan kapan, di mana, dan berapa lama mereka bekerja. 
  2. Akses ke Pasar Global
    Platform digital memungkinkan pekerja gig menawarkan jasa mereka ke pasar global tanpa batasan geografis. 
    Seorang desainer grafis di Indonesia, misalnya, dapat mengerjakan proyek untuk klien di Amerika Serikat melalui platform seperti Upwork atau Fiverr. 
  3. Efisiensi Biaya bagi Perusahaan
    Bagi perusahaan atau platform, gig economy mengurangi beban biaya operasional, seperti gaji tetap, tunjangan kesehatan, cuti berbayar, atau dana pensiun. 
    Model ini memungkinkan perusahaan untuk membayar pekerja hanya berdasarkan pekerjaan yang diselesaikan, sehingga meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Kelemahan Gig Economy

  1. Ketidakpastian Penghasilan
    Salah satu tantangan terbesar dalam gig economy adalah fluktuasi pendapatan yang tidak menentu. 
    Pekerja gig sering kali menghadapi ketidakpastian terkait jumlah pekerjaan yang tersedia, terutama di sektor yang sangat bergantung pada permintaan konsumen, seperti transportasi online atau pengiriman makanan.
  2. Kurangnya Perlindungan dan Tunjangan
    Berbeda dengan pekerja tradisional, pekerja gig biasanya tidak mendapatkan manfaat seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, jaminan pensiun, atau perlindungan kecelakaan kerja. 
    Hal ini menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi, terutama dalam situasi darurat seperti sakit atau kehilangan pekerjaan.
  3. Isolasi Sosial dan Tekanan Psikologis
    Pekerja gig sering kali bekerja secara mandiri tanpa lingkungan kerja yang tetap, yang dapat menyebabkan isolasi sosial. 
    Selain itu, tekanan untuk terus mencari pekerjaan baru, bersaing dengan pekerja lain, dan memenuhi ekspektasi platform dapat memicu stres dan kelelahan mental. 
    Fenomena ini dikenal sebagai "hustle culture" di mana pekerja merasa harus terus bekerja tanpa henti untuk bertahan.
  4. Ketimpangan Kekuatan antara Pekerja dan Platform
    Platform digital sering kali memiliki kendali besar atas pekerja, termasuk dalam menentukan tarif, distribusi pekerjaan, dan bahkan "penghentian" akun pekerja tanpa proses yang transparan. 
    Hal ini menciptakan ketimpangan kekuatan, di mana pekerja gig berada dalam posisi yang rentan.

Baca Juga: 10 Jenis dan Contoh Pekerjaan Freelance yang Bisa Menambah Penghasilan

Dampak Gig Economy: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Regulasi

Gig economy memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada pekerja dan perusahaan, tetapi juga pada masyarakat dan sistem regulasi. Berikut adalah analisis dampaknya berdasarkan tiga dimensi utama:

Dampak Ekonomi

Secara ekonomi, gig economy telah meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja dengan menghubungkan pekerja dan konsumen secara langsung melalui platform digital. 

Model ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya operasional dan konsumen untuk mengakses layanan dengan harga kompetitif. 

Namun, di sisi lain, gig economy juga berkontribusi pada meningkatnya ketidakamanan pekerjaan (job insecurity), karena pekerja gig tidak memiliki jaminan pekerjaan jangka panjang. 

Dampak Sosial

Dari perspektif sosial, gig economy telah mengubah cara orang memandang pekerjaan dan keseimbangan hidup (work-life balance). 

Di satu sisi, fleksibilitas yang ditawarkan memungkinkan individu untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi mereka. 

Di sisi lain, model ini juga dapat memperburuk isolasi sosial dan meningkatkan risiko eksploitasi, terutama bagi pekerja yang bergantung pada platform sebagai sumber pendapatan utama. 

Dampak Regulasi

Dari sisi regulasi, gig economy menimbulkan tantangan kompleks terkait perlindungan pekerja, pengaturan pajak, dan klasifikasi pekerja. 

Banyak negara, termasuk Indonesia, masih berjuang untuk menemukan kerangka regulasi yang seimbang antara mendukung inovasi bisnis dan melindungi hak-hak pekerja. 

Salah satu isu utama adalah status pekerja gig: apakah mereka harus diklasifikasikan sebagai karyawan (dengan hak atas tunjangan) atau sebagai kontraktor independen (tanpa tunjangan)?

Baca jugaApa Itu Digital Nomad? Ini Jenis Pekerjaan & Tips Suksesnya!

Contoh Pekerjaan dalam Gig Economy

Gig economy mencakup berbagai sektor yang memanfaatkan platform digital untuk menghubungkan pekerja dengan konsumen. Berikut adalah beberapa contoh pekerjaan gig yang populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia:

  1. Transportasi Online
    Pengemudi ojek online atau taksi online, seperti Gojek, Grab, dan Uber, adalah salah satu bentuk pekerjaan gig yang paling umum. 
  2. Pengiriman Makanan dan Barang
    Pengantar makanan atau kurir barang, seperti yang dioperasikan oleh Foodpanda, Deliveroo, atau Shopee, juga merupakan bagian dari gig economy.
  3. Pekerjaan Kreatif dan Profesional
    Platform seperti Upwork, Fiverr, dan Freelancer memungkinkan pekerja lepas di bidang penulisan, desain grafis, pengembangan perangkat lunak, dan pemasaran digital untuk menawarkan jasa mereka kepada klien global.
  4. Penyediaan Akomodasi dan Layanan
    Platform seperti Airbnb memungkinkan individu untuk menyewakan properti mereka sebagai akomodasi jangka pendek.
    Platform seperti TaskRabbit memungkinkan pekerja untuk menawarkan layanan seperti perbaikan rumah atau bantuan pribadi.

Strategi Menghadapi Gig Economy

Untuk berhasil dalam gig economy, pekerja perlu mengadopsi pendekatan strategis yang membantu mereka mengelola ketidakpastian dan memaksimalkan peluang. Berikut adalah beberapa rekomendasi praktis:

1. Diversifikasi Sumber Pendapatan

Mengandalkan satu platform atau klien dapat meningkatkan risiko finansial, terutama jika terjadi penurunan permintaan atau penutupan akun.

Oleh karena itu, pekerja gig disarankan untuk mencari berbagai sumber pendapatan, seperti bekerja di beberapa platform atau menawarkan jasa di luar platform digital.

2. Pengembangan Keterampilan

Dalam pasar yang kompetitif, keterampilan adalah aset utama. Pekerja gig perlu terus meningkatkan keahlian mereka melalui pelatihan, kursus online, atau sertifikasi profesional. 

3. Manajemen Keuangan yang Bijaksana

Mengingat tidak adanya tunjangan atau jaminan pendapatan, pekerja gig perlu mengelola keuangan mereka dengan cermat. 

Ini termasuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan darurat, pajak, dan asuransi pribadi, seperti asuransi kesehatan atau kecelakaan.

4. Membangun Jaringan Profesional

Jaringan profesional dapat membuka peluang baru, baik melalui referensi klien maupun kolaborasi dengan pekerja gig lainnya. 

Pekerja gig disarankan untuk aktif di komunitas online, forum, atau acara industri untuk memperluas koneksi mereka.

5. Memahami Hak dan Regulasi

Pekerja gig perlu memahami hak dan kewajiban mereka, termasuk dalam hal kontrak dengan platform, pajak, dan perlindungan hukum. 

Di beberapa negara, serikat pekerja gig atau organisasi advokasi telah mulai muncul untuk memperjuangkan hak-hak pekerja.

Gig Economy di Indonesia: Peluang, Tantangan, dan Regulasi

Di Indonesia, gig economy telah berkembang pesat seiring dengan penetrasi internet dan adopsi teknologi digital yang masif. 

Platform seperti Gojek, Grab, Shopee, dan Tokopedia telah menciptakan peluang kerja bagi jutaan orang, terutama di sektor transportasi online, pengiriman barang, dan e-commerce. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi digital, termasuk gig economy, telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, terutama di masa pandemi COVID-19, ketika banyak pekerja tradisional kehilangan pekerjaan dan beralih ke pekerjaan gig.

Peluang di Indonesia

Gig economy telah menjadi solusi bagi masalah pengangguran dan kurangnya lapangan kerja formal di Indonesia. 

Sektor ini memberikan peluang bagi individu dengan keterampilan terbatas untuk mendapatkan penghasilan, misalnya sebagai pengemudi ojek online atau pengantar makanan. 

Tantangan di Indonesia

Namun, perkembangan gig economy di Indonesia juga diwarnai oleh sejumlah tantangan serius sama seperti kelemahan gig economy yang telah disebutkan sebelumnya yaitu ketidakstabilan penghasilan, kurangnya perlindungan pekerja dan eksploitasi pekerja.

Regulasi di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mulai memperhatikan isu-isu terkait gig economy, tetapi regulasi yang komprehensif masih terbatas. 

Salah satu langkah penting adalah pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja pada tahun 2020, yang mencoba mengatur hubungan antara pekerja gig dan platform, meskipun implementasinya masih menuai kritik. 

Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan telah meluncurkan program untuk memberikan perlindungan sosial kepada pekerja informal, termasuk pekerja gig, tetapi partisipasi masih rendah karena biaya dan kurangnya kesadaran.

Demikianlah pembahasan terkait gig economy. Jika kamu tertarik untuk terjun ke dunia gig economy, yuk, cari peluang kerja freelance di Dealls atau loker kontrak di Dealls! Temukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan kebutuhanmu sekarang juga!

Sumber:

Challenges and impact of the gig economy

Tips Pengembangan Karir
Bagikan

Lamar ke Lowongan Kerja Terbaru Setiap Harinya