Kamu pasti tidak asing dengan istilah blue collar worker. Istilah tersebut biasa didengar di kalangan pekerja.
Pasalnya, para pekerja di setiap industri dapat dibedakan berdasarkan warna kerahnya. Lantas, apa maksud dari blue collar worker? Golongan pekerja apa saja yang termasuk blue collar worker? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak artikel ini hingga tuntas!
Apa Itu Blue Collar Worker?
Dilansir Clockster, blue collar worker adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi pekerja yang melakukan pekerjaan kasar dengan bayaran per jam atau hari. Dalam kata lain, mereka umumnya tidak menerima upah rutin setiap bulan. Selain itu, jenis pekerjaan yang kerap diasosiasikan sebagai blue collar worker biasanya tidak memerlukan keterampilan atau kualifikasi khusus.
Istilah blue collar atau kerah biru sendiri pertama kali muncul melalui surat kabar di Alden, Amerika Serikat pada tahun 1924. Surat kabar tersebut menggunakan istilah ini untuk merujuk pada pedagang di kota tersebut.
Penggunaan kata kerah biru juga bukan tanpa alasan. Kala itu, para pekerja kasar identik dengan kemeja berwarna denim biru. Sebab, warna biru dinilai mampu menutupi noda atau kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan berat.
Perbedaan Blue Collar dan White Collar Worker
Selain blue collar, pasti kamu juga pernah mendengar istilah white collar. Terminologi white collar begitu berbanding terbalik dengan blue collar.
Ungkapan white collar merujuk pada kelas pekerja kantoran. Para profesional ini bekerja di kantor dan tidak mengerjakan tanggung jawab yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Selain itu, mereka juga memperoleh gaji bulanan.
Istilah kerah putih digunakan karena selaras dengan warna pakaian yang umumnya dikenakan oleh para pekerja kantoran. Mereka tidak masalah untuk menggunakan kemeja berwarna cerah karena tidak terpapar kotoran. Adapun menurut Investopedia, berikut beberapa perbedaan utamanya.
Pandangan Terhadap Industri Pekerjaan
Pekerjaan white collar biasanya lebih diminati dan dianggap lebih bergengsi dibandingkan pekerjaan blue collar. Hal ini terjadi karena masyarakat sering kali memandang pekerjaan kantor lebih diinginkan daripada pekerjaan di sektor manufaktur atau pertanian yang cenderung melibatkan pekerjaan fisik yang berat.
Pendidikan
Pekerja blue collar mungkin tidak memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan pekerja white collar. Pasalnya, pekerjaan kantor biasanya membutuhkan pendidikan lanjutan. Sebagai contoh, perusahaan yang mencari akuntan umumnya mensyaratkan kandidat memiliki gelar sarjana di bidang akuntansi atau keuangan. Sebaliknya, pekerjaan blue collar acapkali memerlukan keterampilan yang dapat diperoleh melalui pelatihan di tempat kerja atau melalui sekolah kejuruan.
Pakaian Kerja
Seperti yang telah dijelaskan, asal-usul munculnya istilah ini bermula dari jenis pakaian yang dikenakan. Blue collar berasal dari pakaian khas pekerja manual, seperti celana jins biru atau pakaian kerja berwarna gelap yang berguna untuk menyembunyikan noda akibat pekerjaan fisik. Di sisi lain, white collar merujuk pada pakaian seperti kemeja putih dan dasi yang umum dikenakan oleh pekerja kantor. Mereka tidak perlu khawatir terpapar kotoran akibat pekerjaan fisik.
Kelas Sosial
Istilah ini juga mencerminkan perbedaan status sosial yang dirasakan antara pekerja white collar dan blue collar. Pekerja white collar umumnya dianggap memiliki status lebih tinggi karena mereka cenderung mendapatkan penghasilan lebih tinggi dan memiliki pendidikan yang lebih baik. Sebaliknya, pekerja blue collar sering kali dianggap berada di strata sosial yang lebih rendah karena mereka bekerja secara fisik dan mungkin memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Baca Juga: 30 Prospek Kerja Menjanjikan bagi Lulusan Ilmu Komunikasi
Contoh Pekerjaan Blue Collar
Ada beragam jenis pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai blue collar. Kini, Dealls akan memberikan beberapa contoh pekerjaan blue collar sebagaimana dilansir laman Forbes.
1. Tukang Ledeng
Contoh pekerjaan blue collar pertama adalah tukang ledeng. Profesi ini sejatinya tidak membutuhkan tingkat pendidikan tertentu. Akan tetapi, pekerjaan tukang ledeng membutuhkan pengetahuan terkait pemasangan dan pemeliharaan saluran air.
2. Sopir Truk
Sopir truk menjadi pekerjaan blue collar yang kerap ditemui di Indonesia. Mereka bertanggung jawab untuk mengangkut barang dan memastikan distribusi yang lancar di seluruh wilayah. Biasanya, gaji yang diterima sopir truk berupa sistem borongan atau disesuaikan dengan lokasi pengantaran yang dituju.
3. Buruh Pabrik
Buruh pabrik juga termasuk dalam profesi kerah biru. Sebab, buruh pabrik di Indonesia biasanya hanya memerlukan ijazah SMP atau SMA untuk melamar pekerjaan ini. Selain itu, pekerjaan ini juga tidak memerlukan keahlian khusus.
4. Pekerja Bangunan
Pekerja bangunan merupakan salah satu profesi kerah biru yang sangat umum di Indonesia. Biasanya, mereka bekerja dalam tim dan menerima bayaran harian. Jenis pekerjaan ini membutuhkan kekuatan fisik yang signifikan karena banyak aktivitas berat yang harus dilakukan selama proses pembangunan.
5. Office Boy (OB)
Contoh pekerjaan blue collar yang terakhir adalah office boy atau lebih dikenal sebagai OB. Tugas utama OB adalah membantu pekerjaan di kantor yang berada di luar tanggung jawab karyawan biasa, seperti tugas-tugas kebersihan. Pekerjaan ini termasuk kategori kerah biru karena persyaratan masuk yang relatif mudah dan aktivitasnya yang bersifat fisik.
Jenis Golongan Pekerjaan Berdasarkan Warna Kerah
Selain blue collar dan white collar, ternyata masih banyak jenis-jenis golongan pekerjaan berdasarkan warna kerah lainnya. Dilansir Geography for You, berikut daftar beserta penjelasan singkatnya.
- Red collar worker: Pekerja berkerah merah merujuk pada profesi yang harus bekerja di bawah sinar matahari atau di luar rumah sepanjang waktu, misalnya petani.
- Blue collar worker: Istilah ini mengacu pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik dan tidak membutuhkan keahlian tertentu, contohnya buruh pabrik.
- Black collar worker: Ungkapan black collar worker identik dengan pekerja tambang batu bara dan minyak bumi.
- Pink collar worker: Istilah ini pertama kali populer pada tahun 1990-an untuk merujuk pada jenis profesi yang erat kaitannya dengan sosok perempuan, seperti perawat dan sekretaris.
- White collar worker: Para pekerja white collar worker bekerja di kantoran dan merupakan seorang profesional dengan bayaran yang cenderung tinggi.
- Yellow collar worker: Orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan kreatif biasanya disebut sebagai yellow collar worker, misalnya fotografer dan sutradara.
- Green collar worker: Istilah ini mengacu pada mereka yang bekerja di bidang sumber energi alternatif, contohnya teknisi panel surya.
- Gray collar worker: Pekerjaan gray collar worker digunakan untuk mendeskripsikan pekerja yang tetap bekerja setelah pensiun. Ada beberapa industri yang termasuk gray collar worker, di antaranya teknisi dan polisi.
Baca Juga: 10 Tips Membuat CV Fresh Graduate Beserta Contohnya
Itu tadi penjelasan seputar blue collar worker. Setelah memahami berbagai jenis pekerjaan berdasarkan warna kerah dan perbedaannya, saatnya kamu mengeksplor lebih banyak peluang karier.
Kamu bisa cek lowongan kerja terbaru di Dealls #1 Job Portal Indonesia. Temukan berbagai posisi menarik yang sesuai dengan keahlian dan minatmu.
Jangan lewatkan kesempatannya dan mulai kariermu bersama Dealls sekarang juga!
Sumber:
Blue-Collar and White-Collar Workers: This is the Difference
Blue-Collar vs. White-Collar: What’s the Difference?
What Is The Difference Between Blue-Collar And White-Collar Jobs?