Dalam dunia bisnis, ada banyak konsep dan analisis yang harus dipahami oleh para pengusaha dan manajer untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan perusahaan. Salah satunya adalah Break Even Point (BEP) atau titik impas.
Apakah kamu sudah familiar dengan istilah ini? Jika belum, artikel ini akan membahas tuntas tentang BEP, termasuk fungsi, rumus, serta cara menghitungnya. Yuk, simak!
Apa yang dimaksud dengan BEP?
Mengutip Investopedia, BEP (Break Even Point) atau titik impas adalah kondisi di mana total pendapatan suatu perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan, sehingga perusahaan tidak menghasilkan keuntungan maupun kerugian.
Pada titik ini, pendapatan yang diperoleh dari penjualan cukup untuk menutupi seluruh biaya yang ada. Artinya, laba dan kerugian berada pada titik nol.
Secara praktis, BEP menunjukkan jumlah penjualan produk yang harus dicapai agar perusahaan bisa kembali ke posisi modal awal, tanpa merugi.
Setiap perusahaan tentu memiliki BEP yang berbeda-beda, tergantung pada biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual yang mereka tetapkan untuk produknya.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan katering baru memulai usaha dan sudah mengeluarkan banyak uang untuk peralatan dapur dan bahan baku. Pada titik BEP, pendapatan mereka hanya cukup untuk menutupi biaya-biaya tersebut, tanpa ada keuntungan. Jika penjualan meningkat, baru mereka bisa mulai untung.
Apa Fungsi dari Break Even Point?
Break Even Point memiliki beberapa fungsi penting yang membantu perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis yang lebih baik. Berikut adalah beberapa fungsi utama BEP:
1. Menetapkan Target Penjualan
Salah satu fungsi utama dari BEP adalah untuk menentukan berapa banyak produk yang harus diproduksi dan dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Dengan menghitung BEP, perusahaan bisa mengetahui target jumlah unit produk yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang telah dikeluarkan.
Hal ini sangat penting bagi perusahaan yang beroperasi dengan margin keuntungan tipis, seperti bisnis manufaktur atau makanan.
2. Menyusun Rencana Operasional
Setelah mengetahui target produksi dan penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai BEP, perusahaan bisa merencanakan langkah-langkah yang perlu diambil. Misalnya, apakah perlu merekrut karyawan tambahan untuk meningkatkan volume produksi atau apakah perusahaan perlu mencari pemasok bahan baku dengan harga lebih murah untuk menekan biaya produksi.
3. Menganalisis Dampak Perubahan Harga
BEP juga berfungsi untuk membantu perusahaan memahami bagaimana perubahan harga produk atau biaya produksi akan mempengaruhi laba. Perubahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti fluktuasi harga bahan baku atau perubahan biaya tenaga kerja.
BEP dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana harga produk atau biaya variabel yang berubah dapat mempengaruhi titik impas.
5. Mengukur Resiko Kerugian
BEP juga memungkinkan perusahaan untuk mengukur risiko kerugian yang dapat terjadi. Jika perusahaan tidak dapat mencapai BEP, mereka akan mengalami kerugian.
BEP memberikan titik batas di mana perusahaan tahu jika mereka tidak dapat menjual produk dalam jumlah tertentu, maka kerugian akan terjadi.
6. Menjadi Tolak Ukur Kinerja
Melakukan analisis Break Even Point secara berkala memungkinkan bisnis untuk memantau kinerja keuangan mereka dari waktu ke waktu dan membandingkannya dengan standar industri.
Hal ini membantu bisnis untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan mengambil langkah strategis yang diperlukan guna meningkatkan profitabilitas.
Jenis-jenis BEP
BEP dapat dihitung dalam berbagai bentuk tergantung pada kebutuhan perusahaan. Mengutip dari Infoekonomi.id, berikut adalah beberapa jenis BEP yang sering digunakan dalam analisis keuangan bisnis:
1. Unit Break Even Point
BEP unit mengukur jumlah unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas, di mana pendapatan yang dihasilkan setara dengan seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya tetap maupun variabel.
Jenis BEP ini sangat berguna bagi perusahaan manufaktur atau bisnis yang menjual barang fisik, di mana mereka perlu mengetahui seberapa banyak produk yang harus diproduksi dan dijual agar biaya produksi bisa tertutupi.
2. Revenue Break Even Point
BEP dalam pendapatan digunakan untuk menghitung total pendapatan yang perlu dicapai agar perusahaan dapat menutupi seluruh biaya tetap dan variabel.
Jenis BEP ini berguna untuk mengetahui seberapa banyak uang yang harus diperoleh dari penjualan produk untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel.
3. Time Break Even Point
Time Break Even Point adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh bisnis untuk mencapai Break Even Point (BEP), berdasarkan biaya tetap, harga jual per unit, dan biaya variabel per unit.
BEP waktu memberi gambaran tentang berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel yang telah dikeluarkan.
Apa saja 3 komponen BEP?
Agar dapat menghitung BEP dengan benar, kamu perlu memahami tiga komponen utama yang terlibat dalam perhitungannya:
1. Biaya Tetap (Fixed Costs)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume produksi meningkat atau menurun. Biaya ini harus dikeluarkan oleh perusahaan terlepas dari berapa banyak produk yang diproduksi. Contoh biaya tetap termasuk gaji karyawan tetap, sewa tempat, dan biaya administrasi.
2. Biaya Variabel (Variable Costs)
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan jumlah produk yang diproduksi atau dijual. Jika perusahaan memproduksi lebih banyak unit, biaya variabel akan meningkat. Beberapa contoh biaya variabel adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya pengemasan.
3. Harga Jual (Selling Price)
Harga jual adalah harga yang ditetapkan untuk setiap unit produk yang dijual. Untuk mencapai BEP, harga jual harus cukup tinggi untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel.
Menentukan harga jual yang tepat sangat penting untuk memastikan perusahaan bisa mencapai keuntungan setelah mencapai titik impas.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Pasiva dan Perbedaannya dengan Aktiva
Rumus menghitung BEP
1. Rumus Unit Break Even Point
Rumus ini menghitung jumlah unit produk yang harus dijual agar perusahaan dapat menutupi seluruh biaya tetap dan variabel. Semakin tinggi biaya tetap atau biaya variabel, semakin banyak unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas.
Rumus:
BEP Unit = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
Penjelasan:
- Biaya Tetap: Biaya yang tidak berubah terlepas dari jumlah unit yang diproduksi atau dijual. Biaya tetap mencakup biaya seperti sewa gedung, gaji karyawan tetap, dan biaya administrasi. Biaya yang harus dibayar oleh perusahaan bahkan jika tidak ada produk yang dijual.
- Harga Jual per Unit: Harga yang ditetapkan untuk menjual setiap unit produk. Harga jual per unit mencerminkan pendapatan yang diperoleh perusahaan dari penjualan satu unit produk.
- Biaya Variabel per Unit: Biaya yang berubah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual. Biaya variabel per unit mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya pengemasan, dan biaya lain-lain yang langsung terkait dengan pembuatan produk.
2. Rumus Revenue Break Even Point
Rumus ini digunakan untuk menghitung total pendapatan yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Hasil dari perhitungan ini memberitahu perusahaan berapa banyak uang yang harus diterima dari penjualan produk agar dapat menutupi seluruh biaya tetap dan variabel yang ada.
Rumus:
BEP Pendapatan = Biaya Tetap / (1 - (Biaya Variabel per Unit / Harga Jual per Unit))
Penjelasan:
- Biaya Tetap: Sama seperti pada rumus sebelumnya, biaya tetap adalah biaya yang tidak bergantung pada volume penjualan dan tetap harus dibayar oleh perusahaan.
- Biaya Variabel per Unit: Biaya yang berubah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Biasanya terdiri dari bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
- Harga Jual per Unit: Ini adalah harga produk yang ditetapkan untuk setiap unit yang dijual oleh perusahaan.
3. Rumus Time Break Even Point
Rumus ini digunakan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai titik impas pada periode tertentu baik bulanan, quartal, maupun tahunan.
Rumus:
BEP Waktu = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit) x 1 / Rata-rata jumlah Penjualan per Periode (bulan)
Penjelasan:
- Total Biaya Tetap: Biaya yang harus dibayar perusahaan terlepas dari jumlah unit yang dijual (misalnya sewa, gaji tetap).
- Harga Jual per Unit: Harga yang ditetapkan untuk setiap unit produk yang dijual oleh perusahaan.
- Rata-rata jumlah Penjualan per Periode: Rata-rata penjualan yang berhasil dicapai dalam periode tertentu.
Cara Menghitung Break Even Point (BEP)
Untuk menghitung Break Even Point (BEP), kamu bisa mengikuti beberapa langkah berikut ini:
1. Hitung Biaya Tetap
Langkah pertama adalah menulis semua biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan, seperti gaji karyawan tetap, sewa gedung, dan biaya administrasi. Setelah itu, jumlahkan biaya-biaya tetap tersebut.
2. Hitung Biaya Variabel per Unit
Setelah itu, tentukan semua biaya variabel yang berkaitan dengan proses produksi dan penjualan produk. Misalnya biaya bahan baku, pengemasan, dan tenaga kerja langsung. Jumlahkan seluruh biaya variabel, kemudian bagi dengan jumlah unit yang diproduksi.
3. Tentukan Harga Jual per Unit
Tentukan harga jual per unit produk. Misalnya, jika biaya variabel per unit adalah Rp 15.000, maka harga jual per unit bisa ditentukan sekitar Rp 20.000.
4. Hitung BEP
Gunakan rumus yang sesuai untuk menghitung BEP berdasarkan unit, pendapatan, atau waktu yang dibutuhkan untuk menutupi biaya produksi.
Contoh Perhitungan Break Even Point (BEP)
Berikut beberapa contoh perhitungan BEP yang bisa kamu jadikan referensi:
1. Contoh BEP dalam Unit Produksi
PT Prima adalah perusahaan pakaian yang memproduksi jaket. Pada tahun 2023, perusahaan ini mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp500.000.000 untuk operasional, termasuk gaji karyawan dan biaya sewa pabrik. Biaya variabel per jaket yang diproduksi adalah Rp120.000, dan harga jual per jaket adalah Rp300.000. Berapa unit jaket yang harus dijual perusahaan untuk mencapai titik impas (BEP)?
BEP Unit = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
= Rp500.000.000/(Rp 300.000-Rp120.000)
= 2.777,78 unit ≈ 2.778 unit
2. Contoh BEP dalam Pendapatan
Perusahaan XYZ memiliki biaya tetap sebesar Rp1.000.000.000. Harga jual per unit produk adalah Rp400.000, dan biaya variabel per unit adalah Rp 150.000. Berapa total pendapatan yang perlu dicapai oleh perusahaan untuk mencapai titik impas?
BEP Pendapatan = Biaya Tetap / (1 - (Biaya Variabel per Unit / Harga Jual per Unit))
= Rp1.000.000.000 / (1 - (Rp150.000 / Rp400.000))
= Rp1.600.000.000
3. Contoh BEP dalam Waktu
Perusahaan ABC memiliki biaya tetap Rp120.000.000, rata-rata harga jual per unit Rp150.000, dan rata-rata biaya variabel per unit Rp50.000. Perusahaan menjual 1.000 unit per bulan. Berapa lama waktu yang harus dicapai untuk mencapai BEP?
BEP Waktu = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit) x 1 / Rata-rata jumlah Unit yang dijual per Periode (bulan)
= Rp120.000.000 / (Rp150.000-Rp50.000) / 1000
= Rp120.000.000 / (Rp100.000) / 1000
= 1.200 / 1000
= 1,2 Bulan
Bagaimana apakah kamu sudah paham mengenai BEP? Memahami BEP dapat membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih tepat mengenai harga jual, volume produksi, dan strategi pemasaran.
Dengan pengetahuan yang baik kamu dapat memperbesar peluang untuk bekerja di bidang ini
Baca Juga: 11 Jobdesk Finance Staff dan Gajinya di Indonesia!
Bagi kamu yang tertarik berkarir di bidang keuangan, pemahaman yang kuat mengenai BEP dan analisis keuangan lainnya sangatlah penting. Dealls dapat membantumu menemukan lowongan kerja finance dan akuntansi.
Mulailah melamar pekerjaan di Dealls, di mana tersedia lebih dari 2.000 lowongan dari perusahaan ternama di Indonesia.
Dengan fitur priority slot, kamu bisa melihat transparansi gaji yang ditawarkan. Jangan lewatkan kesempatan mendapatkan career mentoring dari profesional, serta optimalkan peluangmu dengan AI CV Reviewer dan CV ATS Checker.
Ayo, capai karier impianmu bersama Dealls!
Sumber: