Pasiva adalah salah satu konsep penting dalam akuntansi yang mencerminkan kewajiban atau utang yang dimiliki perusahaan.
Dalam laporan neraca keuangan, pasiva memberikan gambaran tentang cara perusahaan membiayai aset yang dimilikinya; apakah dengan menggunakan utang (dari pihak ketiga) atau melalui modal sendiri.
Dalam artikel ini, Dealls membahas lebih lanjut tentang apa itu pasiva, jenis-jenisnya, dan bagaimana fungsinya dalam neraca keuangan perusahaan. Yuk, simak!
Apa Itu Pasiva?
Pasiva dalam akuntansi adalah semua kewajiban atau utang yang dimiliki oleh perusahaan terhadap pihak lain, serta ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan. Pasiva menggambarkan sumber pembiayaan yang digunakan oleh perusahaan, yang dapat berasal dari utang (liabilitas) atau modal sendiri (ekuitas).
Dilansir dari Business One How To, pasiva biasanya dibagi menjadi dua jenis:
- Liabilitas jangka panjang (long-term liabilities): Utang yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun, seperti pinjaman modal atau utang bank jangka panjang.
- Liabilitas jangka pendek (current liabilities): Utang yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti utang kepada pemasok, tagihan bank, dan pajak yang belum dibayar.
Dalam laporan keuangan, pasiva selalu diseimbangkan dengan aktiva melalui rumus berikut:
Persamaan dasar akuntansi | Sumber: Aku Pintar
Bisa dilihat jika total pasiva adalah jumlah seluruh kewajiban (utang) dan ekuitas (modal) yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan (neraca akuntansi bisnis). Dengan mengetahui total pasiva, perusahaan bisa memahami bagaimana asetnya dibiayai—baik melalui utang (liabilitas) maupun modal sendiri (ekuitas).
Contoh laporan neraca | Sumber: Bee.id
Total pasiva, sebagaimana pada laporan neraca di atas, dapat dihitung dengan menjumlahkan kewajiban yang ada di sisi kanan neraca, yang terbagi dalam:
- Pasiva Lancar (Current Liabilities): Kewajiban (utang) yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun.
- Pasiva Tidak Lancar (Non-current Liabilities): Kewajiban (utang) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
- Ekuitas: Modal yang dimiliki pemegang saham setelah dikurangi seluruh kewajiban.
Jenis dan Contoh Pasiva
Apa saja yang termasuk ke dalam golongan akun pasiva? Pasiva dalam laporan keuangan dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan jangka waktu pelunasannya, yaitu pasiva jangka pendek dan pasiva jangka panjang. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai kedua jenis pasiva beserta contohnya.
1. Pasiva Lancar/Liabilitas Jangka Pendek (Current Liabilities)
Pasiva jangka pendek mencakup kewajiban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun. Kewajiban ini biasanya berkaitan dengan operasional perusahaan yang memerlukan pembayaran segera.
Berikut adalah beberapa contoh pasiva jangka pendek:
- Utang Dagang: Utang yang timbul dari pembelian barang atau jasa secara kredit kepada pemasok.
- Utang Wesel: Kewajiban yang harus dibayar berdasarkan surat berharga yang diterbitkan perusahaan.
- Beban yang Masih Harus Dibayar: Kewajiban untuk membayar biaya yang sudah terutang, seperti beban sewa atau biaya utilitas.
- Penghasilan yang Ditangguhkan: Pendapatan yang diterima perusahaan, tetapi belum diakui sebagai pendapatan karena terkait dengan kewajiban yang harus dipenuhi di masa depan.
- Pendapatan Diterima di Muka: Uang yang diterima dari pelanggan untuk barang atau jasa yang akan diberikan di masa depan.
- Utang Gaji: Kewajiban perusahaan untuk membayar gaji karyawan yang sudah bekerja tetapi belum dibayar.
- Utang Dividen: Kewajiban untuk membayar dividen yang telah diumumkan tetapi belum dibayarkan kepada pemegang saham.
2. Pasiva Tetap/Liabilitas Jangka Panjang (Long-Term Liabilities)
Pasiva jangka panjang adalah kewajiban yang pembayarannya harus dilakukan lebih dari satu tahun. Biasanya, ini mencakup utang yang lebih besar atau pinjaman dengan jangka waktu lebih panjang yang memberi perusahaan lebih banyak waktu untuk melunasi kewajibannya.
Contoh pasiva jangka panjang meliputi:
- Utang Bank: Pinjaman yang diberikan oleh bank dan harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun.
- Utang Hipotek: Pinjaman yang dijamin dengan properti dan pembayaran dilakukan lebih dari satu tahun.
- Utang Obligasi: Kewajiban perusahaan dalam bentuk obligasi yang harus dilunasi dalam jangka panjang.
- Utang Pemegang Saham: Kewajiban yang dimiliki perusahaan terhadap pemegang saham, sering kali berupa pinjaman atau kontribusi modal.
- Utang Sewa Jangka Panjang: Kewajiban untuk membayar sewa yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun.
- Utang Sewa Dana: Kewajiban pembayaran sewa dana dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
Perbedaan Pasiva dan Aktiva
Pasiva dan aktiva memiliki perbedaan mendasar dalam laporan keuangan. Pasiva adalah utang atau kewajiban yang harus dilunasi perusahaan, sedangkan aktiva adalah aset yang dimiliki untuk menjalankan bisnis dan menghasilkan pendapatan. Pasiva juga menggambarkan sumber dana untuk membiayai aktiva. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan mengenai perbedaan pasiva dan aktiva berikut.
1. Pengertian
Aktiva adalah segala kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Ini mencakup aset yang dapat memberikan manfaat ekonomi di masa depan, seperti uang tunai, aset fisik (misalnya properti, peralatan), dan aset tidak berwujud (seperti hak paten atau merek dagang). Aktiva digunakan untuk mendukung operasional perusahaan dan menghasilkan pendapatan.
Di sisi lain, pasiva mencakup kewajiban atau utang yang dimiliki perusahaan kepada pihak lain. Pasiva menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai asetnya, baik melalui utang (liabilitas) maupun ekuitas (modal yang dimiliki pemegang saham). Pasiva meliputi pinjaman bank, utang usaha, dan kewajiban pajak yang harus dibayar.
Secara sederhana, aktiva menunjukkan apa yang dimiliki perusahaan, sedangkan pasiva menunjukkan apa yang perusahaan hutangkan atau kewajibannya.
2. Fungsi
Fungsi utama aktiva adalah untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan. Aktiva digunakan untuk menjalankan bisnis, seperti membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, atau berinvestasi pada peralatan baru.
Dengan aktiva, perusahaan dapat menciptakan produk atau layanan yang menghasilkan pendapatan.
Sebaliknya, fungsi pasiva adalah sebagai sumber dana untuk mendapatkan aktiva. Pasiva menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai kebutuhan operasionalnya, baik dari sumber internal (ekuitas) maupun eksternal (utang).
Misalnya, ketika perusahaan membutuhkan dana untuk membeli mesin baru tetapi tidak memiliki cukup uang tunai, mereka dapat mengambil pinjaman bank yang dicatat sebagai pasiva.
3. Letak dalam Neraca
Contoh laporan neraca keuangan | Sumber: Bee.id
Dalam neraca keuangan, aktiva dan pasiva memiliki posisi yang berbeda. Aktiva dicatat di sisi kiri neraca dan menunjukkan semua aset yang dimiliki perusahaan. Bagian ini menggambarkan apa saja yang dapat memberikan nilai ekonomis kepada perusahaan di masa depan.
Di sisi lain, pasiva berada di sisi kanan neraca, bersama dengan ekuitas. Pasiva menunjukkan bagaimana perusahaan membiayai aset-asetnya.
Total pasiva ditambah ekuitas harus selalu sama dengan total aktiva, sesuai dengan prinsip dasar akuntansi:
Aktiva = Pasiva
Aset = Liabilitas + Ekuitas
4. Jenis
Aktiva terbagi menjadi dua jenis utama: aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar mencakup aset yang mudah diuangkan atau dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti kas, piutang, dan persediaan barang. Aktiva tidak lancar mencakup aset yang digunakan untuk jangka panjang, seperti tanah, bangunan, atau mesin produksi.
Pasiva juga terbagi menjadi dua jenis: pasiva lancar (liabilitas jangka pendek) dan pasiva tetap (liabilitas jangka panjang). Pasiva lancar mencakup kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti utang usaha atau utang pajak. Pasiva tetap adalah kewajiban yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, seperti pinjaman jangka panjang atau obligasi.
5. Sifat Keuangan
Secara sifat keuangan, aktiva memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan karena merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan.
Sebaliknya, pasiva dianggap sebagai beban atau kewajiban yang perlu dilunasi sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan untuk menjaga keseimbangan keuangannya.
Fungsi Pasiva dalam Neraca Keuangan
Fungsi pasiva dalam neraca sangat penting untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan karena memberikan gambaran tentang struktur pembiayaan yang digunakan. Berikut adalah penjelasannya.
1. Menunjukkan Sumber Pembiayaan Perusahaan
Pasiva membantu menjelaskan dari mana perusahaan mendapatkan dana untuk membeli aset atau menjalankan operasional. Ada dua sumber utama pasiva:
- Pasiva Ekuitas: Merupakan sumber daya yang diperoleh dari pemegang saham atau pemilik perusahaan. Ekuitas ini mencakup modal yang disetor oleh pemilik dan laba yang ditahan dari hasil usaha.
- Pasiva Utang: Dana yang diperoleh dari pinjaman atau kewajiban kepada pihak ketiga, seperti bank atau pemasok.
2. Mencerminkan Kewajiban yang Harus Dilunasi
Pasiva dalam neraca keuangan juga menunjukkan kewajiban yang dimiliki perusahaan dan harus dilunasi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Pasiva terbagi menjadi:
- Pasiva Lancar (Current Liabilities): Kewajiban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti utang usaha, utang pajak, atau biaya yang masih harus dibayar (misalnya gaji).
- Pasiva Tetap (Non-current Liabilities): Kewajiban yang harus dibayar lebih dari satu tahun, seperti pinjaman jangka panjang atau obligasi.
3. Menilai Stabilitas Keuangan Perusahaan
Pasiva berperan penting dalam menilai stabilitas keuangan perusahaan. Jumlah dan jenis pasiva yang dimiliki perusahaan memberi gambaran tentang bagaimana perusahaan mengelola utangnya.
Jika sebagian besar pembiayaan berasal dari utang (pasiva), ini dapat menjadi risiko jika perusahaan tidak mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk melunasi kewajibannya.
Sebaliknya, jika perusahaan mengandalkan ekuitas lebih banyak, ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih stabil dan memiliki ketahanan lebih besar terhadap fluktuasi pasar.
4. Menghitung Rasio Keuangan
Pasiva juga digunakan dalam perhitungan rasio keuangan yang membantu perusahaan dan investor menilai kinerja finansial perusahaan. Beberapa rasio yang melibatkan pasiva antara lain.
- Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio): Mengukur proporsi utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri.
- Rasio Likuiditas (Current Ratio, Quick Ratio): Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya.
Dengan melihat pasiva, kita bisa mengevaluasi seberapa baik perusahaan mengelola utang dan apakah mereka mampu memenuhi kewajiban finansial di masa depan.
5. Mengidentifikasi Prioritas Pembayaran
Pasiva dalam neraca juga menunjukkan prioritas pembayaran kewajiban yang dimiliki perusahaan. Pasiva lancar, yang lebih mendesak, harus dibayar dalam waktu singkat, sementara pasiva tetap memiliki jadwal pembayaran yang lebih panjang.
Hal ini memungkinkan manajemen untuk memprioritaskan pembayaran kewajiban, misalnya, membayar utang jangka pendek terlebih dahulu sebelum melunasi utang jangka panjang.
Baca Juga: Mengenal Big 4 Perusahaan Impian Anak Akuntansi
Demikian penjelasan lengkap mengenai pasiva dalam laporan keuangan dan fungsinya dalam neraca keuangan. Semoga informasi ini memberikan pemahaman yang lebih jelas dan membantu kamu dalam memahami konsep pasiva.
Jika kamu tertarik untuk sedang mencari peluang karier di bidang finance & accounting, Dealls menawarkan lebih dari 2.000 lowongan kerja terbaru di berbagai perusahaan besar dengan gaji tinggi.
Selain itu, kamu bisa mendapatkan arahan karier melalui program mentoring langsung bersama career mentor profesional yang siap membantu merencanakan perjalanan kariermu.
Pastikan CV-mu sudah optimal dengan menggunakan AI CV Reviewer, CV ATS Checker dari Dealls, agar semakin siap bersaing untuk posisi yang kamu inginkan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk memulai karier impianmu dengan langkah terbaik bersama Dealls!
Sumber: