Supaya bisa membuat keputusan bisnis dengan tepat, seorang bisnis wajib punya pemahaman mendalam tentang keuangan–baik dari cara mengelola sampai ilmu-ilmu mendasar lainnya. Dari banyaknya konsep, total cost atau biaya total hadir sebagai salah satu elemen yang harus dikuasai.
Selain membantumu memahami struktur biaya perusahaan, ilmu pengetahuan tentang total cost juga memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana cara mengelola sumber daya secara efisien.
Sebelum memasuki panduan cara menghitungnya. Mari kita pahami dulu apa itu total cost dan beberapa jenisnya.
Apa Itu Total Cost?
Dilansir dari website Futrli, total cost adalah total perkiraan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk produksi bisnis, termasuk biaya tetap dan biaya variabel.
Lalu, apakah manfaat menghitung total cost? Menurut Indeed, total cost, average fixed cost, dan variable cost sangat berguna untuk menghitung profit yang didapatkan.
Biasanya, informasi ini dibutuhkan oleh para stakeholder karena menjadi faktor utama saat melakukan negosiasi supply chain.
Jenis-Jenis Total Cost
Menurut Investopedia, ada beberapa total cost yang ada dalam bisnis. Masing-masing dari mereka punya karakteristik dan perannya sendiri dalam analisis keuangan. Yuk kita telusuri 8 jenis total cost yang biasa digunakan!
1. Direct Costs
Direct costs merupakan jenis biaya yang terkait langsung dengan produksi barang atau jasa. Ini membuatnya mudah diidentifikasi karena berhubungan dengan output yang bisnis hasilkan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan upah tenaga kerja langsung.
2. Indirect Costs
Berbeda dengan direct costs, indirect costs adalah biaya terkait secara tidak langsung dengan produksi, seperti biaya listrik, sewa gedung, dan biaya administrasi. Biasanya, biaya ini hanya berfungsi untuk mendukung operasi bisnis secara keseluruhan.
3. Fixed Costs
Selanjutnya adalah fixed costs yang merupakan biaya yang jumlahnya tetap sehingga tidak berkaitan dengan volume produksi. Contohnya antara lain adalah biaya sewa, gaji manajer, dan asuransi. Kamu harus tetap membayarnya walaupun tidak ada aktivitas produksi.
4. Variable Costs
Variable costs diartikan sebagai biaya yang berubah menyesuaikan volume produksi. Semakin tinggi produksi, semakin besar pula biaya variabel. Contoh dari biaya variabel ini adalah biaya bahan baku dan komisi penjualan.
5. Operating Costs
Lalu ada juga operating costs yang menggabungkan biaya operasional langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan untuk operasional sehari-hari bisnis. Permisalan dari operating costs ini antara lain biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya utilitas.
6. Opportunity Costs
Opportunity cost merupakan biaya yang ada karena kamu memilih satu alternatif dibandingkan alternatif lainnya. Misalnya adalah kamu memilih untuk berinvestasi di proyek A dan akhirnya kehilangan potensi keuntungan seutuhnya dari proyek B.
7. Sunk Costs
Sunk costs adalah biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dikembalikan, seperti biaya penelitian yang tidak menghasilkan produk jadi. Sebaiknya, sunk costs jangan sampai mempengaruhi pertimbangan bisnismu ke depan.
8. Controllable Costs
Terakhir adalah controllable costs. Seperti namanya, biaya ini merupakan jenis biaya yang masih bisa dikendalikan oleh manajemen atau kebijakan perusahaan, misalnya seperti anggaran promosi atau biaya perjalanan.
Baca juga: Mengenal Big 4 Perusahaan Impian Anak Akuntansi
Cara Menghitung Total Cost
Dilansir dari Indeed, ada lima langkah yang harus kamu ikuti saat menghitung total cost secara keseluruhan. Mari kita pelajari bersama step-by-step!
1. Identifikasilah Biaya Tetap
Pertama-tama, identifikasi dahulu semua fixed costs yang tidak berubah, mulai dari sewa gedung sampai gaji bulanan karyawan. Catatlah semua biaya ini secara rinci untuk mempermudah perhitungan.
2. Tentukan Biaya Variabel
Selanjutnya, hitunglah variable costs yang berubah menyesuaikan volume produksi bisnismu. Catatlah setiap perubahan biaya yang ada, baik dari segi bahan baku maupun tenaga kerja tambahan.
3. Hitunglah Total Biaya Produksi
Total cost produksi bisa kamu peroleh dengan menggabungkan fixed costs dengan variable costs. Rumusnya sederhana, yaitu berikut ini. Total Biaya Produksi = Fixed Costs + Variable Costs
Kita misalkan kamu punya fixed cost Rp20 juta dan variable costs sebesar Rp35 juta, maka total cost produksi yang kamu butuhkan adalah Rp55 juta rupiah.
4. Tentukan Jumlah Satuannya
Selanjutnya, identifikasi jumlah barang atau jasa yang akan bisnis produksi selama periode tertentu. Data ini sangat dibutuhkan untuk menghitung rata-rata biaya per unit.
5. Hitunglah Rata-Rata Total Biaya
Terakhir, kamu baru bisa mendapatkan average total cost dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah satuan yang diproduksi:
Rata-Rata Total Biaya = Total Biaya Produksi / Jumlah Satuan
Misalnya saja, dari total biaya produksi sebesar Rp55 juta tadi kamu akan memproduksi sebesar 5000 kosmetik. Maka average total cost-nya adalah Rp55.000.000 : 5000 produk sehingga menghasilkan rata-rata Rp11.000 untuk per produknya!
Baca juga: 20 Prospek Kerja Lulusan Akuntansi yang Bisa Kamu Coba
Itulah panduan singkat tentang pengertian sampai cara tepat menghitung total cost! Dengan mengetahui total cost, kamu bisa mengelola bisnis secara efisien dan efektif. Bahkan, pengambilan keputusan bisnis juga bisa dilakukan secara lebih strategis dan cerdas!
Ingin memperkuat keahlian profesionalmu di bidang akuntansi? Yuk, bergabung dengan program career mentor yang tersedia di Dealls! Di platform ini, kamu juga bisa menemukan lowongan kerja terbaru yang sesuai dengan keahlian dan minatmu.
Kunjungi platform Dealls sekarang dan mulai perjalanan kariermu hingga mencapai kesuksesan!
Sumber: